Pelajar Bayar Infaq, Mushalla SMPN 1 Rambah Tak Kunjung Selesai
Orangtua Wajib Infaq, Mushalla SMPN 1 Rambah Tak Kunjung Selesai.
PS.PANGARAIAN, OKETIMES.com - Mushalla SMPN 1 Rambah yang dibangun pada tahun 2009 silam, hingga saat ini pembangunannya tak kunjung selesai. Sejumlah orang tua siswa SMP Negeri 1 Rambah, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) mengeluhkan bahwa anak mereka diwajibkan membayar infaq untuk pembangunan mushala di lokasi sekolah.
Anehnya, jika siswa tidak membayar infaq, sesuai dengan yang ditentukan pihak komite sekolah, siswa bersangkutan tidak akan mendapatkan nomor ujian, otomatis tak bisa mengikuti ujian sekolah yang dimulai hari ini, Senin (1/6/2015).
"Anak saya baru bayar tadi pagi. Dia disuruh datang lebih cepat agar bisa mendapatkan nomor ujian," kata Sopian, salah seorang orang tua siswa SMPN 1 Rambah, kepada wartawan,
Sopian mengungkapkan bahwa mushala yang dibangun di SMPN 1 Rambah sudah lama dilakukan. Namun, anehnya, hingga tahun ini, mushala di sekolah yang salah satu gurunya merupakan istri dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Rohul Muhammad Zen tersebut, Sampai sekarang tak kunjung selesai.
"Mushala kan tidak jadi bagian sekolah umum. Kalau memang mau membangun mushala mewah di sekolah, apa tidak sebaiknya sekolah ini dijadikan sekolah agama juga," saran Sopian.
Sebelumnya, mantan wali siswa SMPN 1 Rambah, biasa dipanggil Ulong, juga mengakui bahwa sewaktu anaknya sekolah Di SMPN 1 tersebut juga diwajibkan membayar infaq untuk pembangunan mushala.
"Tapi anehnya, sampai anak saya kuliah, mushalla itu belum juga selesai. Padahal siswanya banyak di sekolah itu," ungkap Ulong.
Sementara, Kepala SMPN 1 Rambah, H. Ismail MM.Pd, mengakui bahwa mushala di sekolahnya mulai direnovasi pada 2009 silam. Sesuai rapat komite, diperkirakan renovasi tempat ibadah tersebut menelan biaya hingga Rp500 juta.
Karena tidak ada bantuan dari APBD Rohul dan APBD Riau, maka biaya dibebankan oleh siswa. Apalagi, mushala itu akan dipakai siswa sekolah, untuk kegiatan keagamaan.
Dia menjelaskan bahwa besar infaq yang ditetapkan untuk siswa Kelas VII sebesar Rp300 ribu, Kelas VIII Rp200 ribu, dan Kelas IX Rp100 ribu. Namun, dia sendiri tidak tahu persis berapa kekurangan dana untuk pembangunan mushala tersebut.
Ismail membantah bahwa pihak sekolah memaksa siswa membayar infaq untuk pembangunan mushala. Diakuinya, bagi siswa tidak mampu, infaq untuk pembangunan mushala tidak dibebankan. "Ini murni swadaya wali siswa," kilah dia.
Ismail mengatakan bahwa sebelum direnovasi, kapasitas mushala berukuran 10 meter kali 10 meter tidak memadai. Dari itu, pada 2009, mushala direnovasi dan kini berukuran 18 meter kali 19 Meter.
Mushala mewah di sekolah ini dipercaya bisa menampung sekitar 700 siswa SMPN 1 Rambah. Tempat ibadah ini akan menjadi pusat kegiatan siswa, seperti shalat Zuhur berjemaah. Rencana lain, setiap hari Jumat, siswa dan guru pria akan melaksanakan shalat Jumat di mushala itu, termasuk shalat dhuha berjemaah, dan kegiatan lain.
"Ini akan jadi pusat sentral kegiatan keagamaan anak didik kita. Untuk pembentukan karakter, dari itu kita bawa dan kita rangkul mereka secara keagamaan," ungkapnya.
"Jadi kembali lagi ke niat. Guru kita juga ikut membayar setiap tahun. Ada yang Rp 1 juta, ada yang Rp 2 juta, dan ada yang Rp 3 juta untuk kelanjutan," terangnya dan mengajak orang tua siswa dan siswa untuk ikhlas.
Ismail mengakui bahwa uang yang sudah masuk sekitar Rp 300 juta. Sebagian besar uang tersedot untuk bangun pondasi. Karena, dulunya kawasan itu rawa, maka pondasi harus kuat. Apalagi mushala lama, air rawa sering merembes ke lantai.
Ismail menambahkan, bahwa pengutipan uang infaq untuk pembangunan mushala ada panitianya, yakni guru agama di SMPN 1 Rambah Hj. Armida Wati S.Ag.
Jika dikalkulasikan, setiap tahun SMPN 1 Rambah menerima 252 siswa baru dibagi dalam 7 kelas atau 36 per kelas, maka dana infaq dari siswa Kelas VII sebesar Rp 300 ribu, dana yang terkumpul mencapai Rp 75,6 juta.
Kemudian, dari 252 siswa Kelas VIII yang diwajibkan bayar Rp 200 ribu, maka dana terkumpul Rp 50,4 juta. Sedangkan infaq dari 252 siswa Kelas IX yang diwajibkan bayar Rp 100 ribu, maka dana terkumpul Rp 12,2 juta.
Selama satu tahun, SMPN 1 Rambah mengumpulkan sekitar Rp 138,2 juta. Jika kutipan mengatasnamakan komite sejak 2009 silam, maka dana gerkumpul sudah Rp 138,2 juta selama 5 tahun yakni Rp 691 juta.(rly)
Komentar Via Facebook :