Tercemar Limbah PT. SRB, Nelayan Tiga Bulan Tak Melaut
SELATPANJANG, oketimes.com- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kepulauan Meranti, dalam waktu dekat berjanji akan segera menurunkan tim ahli ke lokasi tempat pembuangan limbah cair PT. Sara Rasa Biomas. Diduga limbah perusahaan ini menyebabkan matinya ikan yang menjadi sumber peghidupan para nelayan di Selat Air Hitam. Akibatnya, puluhan nelayan sejak tiga bulan terakhir tidak lagi melaut.
Hal ini disampaikan Kepala BLH Kepulauan Meranti, Irmansyah melalui selulernya ketika dihubungi Rabu (21/10). Irmansyah mengaku belum mengetahui atau belum mendapat laporan soal adanya pencemaran limbah cair di sekitar perairan Selat Air Hitam itu.
"Sejauh ini kita belum mendapatkan informasi maupun data lengkapnya. Kita mohon dukungan dari para nelayan, wartawan maupun LSM terkait pembuangan limbah yang dilakukan perusahaan tersebut," tutur Irmansyah.
Kalau benar kondisinya demikian, dimana para nelayan yang selama ini mencari nafkah di sekitar pantai Selat Air Hitam tidak lagi melaut akibat ikannya tidak ada lagi disebabkan oleh limbah perusahaan, hal itu kata Kepala BLH Kepulauan Meranti ini harus ditindak lanjuti secara cepat.
Irmansyah berharap agar masyarakat nelayan maupun LSM bersedia mengambil sampel limbah yang disebut-sebut telah mencemari air laut di selat Air Hitam itu. Sampel tersebut kata Irmansyah akan diuji di laboratorium untuk menindaklanjuti informasi ini. "dalam waktu dekat kita akan tindak lanjuti dengan menurunkan tim," singkatnya.
Lebih lanjut, Irman, demikian sapaan akrab Kepala BLH Meranti ini, jika nanti benar ditemukan adanya limbah berbahaya dan mengancam biota air, salah satunya punahnya ikan sehingga merugikan nelayan, akan ada tindakan tegas yang diberlakukan terhadap perusahaan sebagaimana peraturan yang berlaku.
Penuturan masyarakat sekitar, Ardian, Kepala Dusun III Desa Bokor menerangkan, sewaktu perusahaan ini belum beroperasi di wilayahnya, nelayan sekitar perharinya bisa mendapatkan penghasilan minimal Rp200 ribu. Tapi sekarang, untuk mencari Rp30 ribu saja sulitnya bukan main. Karena ikan yang menjadi tangkapan mereka mati karena limbah perusahaan. Selain itu habitat ikan-ikan ini juga berpindah disebabkan limbah.
"Sejak tiga bulan terakhir, tidak ada satu nelayan pun yang turun melaut. Kalau pun turun mencari ikan, nelayan kita pergi ke laut yang posisinya jauh dari lokasi penangkapan mereka selama ini, pastinya biaya yang harus dikeluarkan oleh para nelayan akan bertambah, sementara hasil tangkapan juga tidak menjamin," kata Ardian.
Lanjutnya, saat ini kebanyakan nelayan di daerah ini mulai beralih profesi dan mencari sumber mata pencarian lain. Kebanyakan di antara para nelayan ini menjadi TKI ke malaysia atau menjadi petani.
Sementara itu, Buyung, salah seorang aktivis lembaga masyarakat di Kepulauan Meranti yang turun ke lokasi pembuangan limbah PT. Sara Rasa Biomas bersama wartawan menegaskan, bahwasannya tidak ada alasan bagi aparatur untuk tidak menindak tegas perusahaan yang melakukan pencemaran. "Jangan sampai hal ini dibiarkan terus terjadi," katanya.(mj)
Komentar Via Facebook :