Petir Sebut, Rakyat Bosan dengan Pidato Presiden Prabowo

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato kenegaraan di sidang tahunan MPR perdananya sebagai presiden. dalam Sidang Tahunan MPR digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

PEKANBARU, Oketimes.com - Presiden Prabowo Subianto berdiri gagah di podium DPR/MPR, Jumat (15/8/2025). Dengan jas hitam dan peci rapi, ia berpidato 75 menit penuh, memaparkan kisah sejarah bangsa, capaian ekonomi, hingga pujian pada presiden-presiden terdahulu.

Di dalam gedung megah ber-AC, pidato itu disambut tepuk tangan. Di luar, rakyat masih sibuk menghitung harga cabai yang melonjak dan pajak tanah yang tiba-tiba naik tiga kali lipat.

Ormas Pemuda Tri Karya (PETIR) bahkan menyebut pidato itu “tidak populer” dan terlalu jauh dari kenyataan. Dimana pernyataan dalam pidato tidak sesuai dengan saat ini yanag dirasakan masyarakat Termasuk masalah perekonomian masyarakat yang saat ini tidak stabil. .

“Malahan pemerintah seenaknya saja menaikkan pajak di segala sektor. PBB jadi beban, pengangguran tinggi, hukum masih tumpul. Rakyat makin terhimpit,” kata Ketua Umum PETIR, Jackson Sihombing, Sabtu (16/8/2025).

Sindiran Jackson makin tajam saat menyebut pemberantasan korupsi yang berubah jadi festival pengampunan. “Hasto diberi amnesti, Tom Lembong malah dapat abolisi. Kalau begini, korupsi bukan lagi musuh negara, tapi malah dapat hadiah,” cetusnya.

Lebih ironis lagi, kekayaan alam negeri ini, yang seharusnya jadi penyelamat, justru jadi ladang bancakan. “Kalau SDA dikelola benar, pajak tak perlu naik. Uang negara tak akan defisit. Tapi ya, pejabat lebih sibuk bagi kue untuk dirinya sendiri,” lanjutnya.

Seharusnya lanjut Jackson, Presiden Prabowo jangan hanya bualan semata yang disampaikan ke masyarakat, sementara ekonomi masyarakat masih melorot, pengangguran tinggi, kegiatan pemda di daerah tidak berjalan, karena mengalami devisit anggaran dan tunda bayar.

"Seharusnya pemerintah jangan omon-omon aja yang tau, tapi kondisi ril yang terjadi saat ini ditengah masyarakat sangat pelik dan perekonomian berjalan stagnan. Sementara kebutuhan masyarakat sangat terdesak," tukasnya.

Ia juga menyebut saat ini masyarakat sudah bosan mendengar janji-janji manis pemerintah, katanya indonesia menuju emas, tapi justru kondisi saat ini Indonesia justru semakin terperosok dalam perekonomian dan konflik sosial masih tinggi terjadi, akibat kemiskinan.

"Ayo dong pak Prabowo, jangan omon-omon aja yang bisa, sementara realitanya tidak sesusai dengan pidato bapak. Kami sudah bosan mendengar pidato bapak selama ini, yang kami butuhkan action dan eksekusinya segera pak," pintanya.    

Sementara itu, Presiden berbangga menyebut ekspor beras dan jagung, program makan gratis, dan Rp300 triliun anggaran perjalanan dinas yang katanya berhasil diselamatkan. Angka-angka indah itu terdengar mewah, tapi di pasar rakyat tetap harus menawar sayur dengan hati-hati.

Prabowo menutup pidato dengan seruan membangun "Indonesia Incorporated". Sebuah jargon manis, meski di telinga rakyat mungkin lebih terdengar seperti iklan perusahaan—karena yang mereka tunggu bukan sekadar slogan, tapi harga murah, kerja layak, dan hukum yang tidak pilih kasih.

Singkatnya, di panggung elite, negeri ini tampak penuh prestasi. Tapi di warung kopi, obrolan rakyat masih sama: harga naik, kerja sulit, hukum pilih kasih. Antara pidato dan realita, jurangnya makin terasa—seolah negeri ini benar-benar "merdeka hanya di atas kertas".***


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait