Batal Serang Iran, Trump Telepon Putra Mahkota Arab

Presiden AS Donald Trump (kanan) menunjukkan persenjataan AS yang dibeli Arab Saudi saat kunjungan Pangeran Mohammed bin Salman ke Gedung Putih 20 Maret 2018 lalu.

Washington DC, Oketimes.com - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump untuk menggempur Iran dalam misinya, akhirnya mendadak dibatalkan.

Selaras itu, Trump langsung melakukan kontak telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) untuk membahas perilaku Iran. Kontak telepon terjadi hanya beberapa jam, setelah pemimpin Amerika itu membatalkan serangan terhadap Iran.

Wakil juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan, kedua pemimpin pada hari Jumat 21 Juni 2019, telah membahas perihal ancaman yang ditimbulkan oleh perilaku eskalasi rezim Iran.

"Peran penting Arab Saudi dalam memastikan stabilitas di Timur Tengah dan pasar minyak dunia," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The Hill, Sabtu 22 Juni 2019.

Iran dengan sistem rudalnya telah menembak jatuh pesawat nirawak mata-mata Angkatan Laut AS, RQ-4 Global Hawk, pada Kamis waktu Teheran. Kedua pihak berbeda pendapat soal lokasi penerbangan pesawat nirawak itu sebagai dasar boleh tidaknya ditembak jatuh.

Teheran mengatakan pesawat itu terbang di atas wilayah udara Iran. Sedangkan AS bersikeras pesawatnya berada di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz.

Trump awalnya memberi izin kepada militer AS untuk menyerang tiga target di Iran sebagai pembalasan atas penembakan pesawatnya. Namun dia tiba-tiba membatalkan serangan hanya sekitar sepuluh menit menjelang serangan dimulai. Alasan serangan dibatalkan karena perkiraan jumlah korban jiwa sekitar 150 orang.

"Kami membidikkan dan memuat (senjata) untuk membalas semalam terhadap tiga sasaran yang berbeda ketika saya bertanya; 'berapa banyak yang akan mati?. '150 orang, tuan', itu adalah jawaban dari seorang jenderal," tulis Trump di Twitter.

"Sepuluh menit sebelum serangan, saya menghentikannya, tidak sebanding dengan menembak jatuh pesawat tanpa awak."

Harga minyak dunia dikhawatirkan bakal merangkak naik, seiring dengan perseteruan antara AS dan Iran yang terus memanas.

Arab Saudi telah menjadi sekutu penting AS di Timur Tengah. Namun, hubungan kedua negara itu sedang diuji setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul tahun lalu.

Senat AS pada hari Kamis menyampaikan teguran kepada Saudi dengan memblokir kesepakatan penjualan senjata Washington kepada Riyadh.

AS telah sepakat menjual 22 jenis senjata, yang diperkirakan bernilai lebih dari USD8 miliar, kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Yordania.***


Source  : The Hill and Sindonews

Editor   : Van Hallen 


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait