Harga Minyak Turun, Ekonomi Riau Tumbuh Hanya 2,62 Persen

Mahdi Muhammad

PEKANBARU, OKETIMES.com - Akibat terjadinya penurunan harga minyak dunia  pada Desember lalu, membuat pertumbuhan ekonomi di Riau menjadi lambat. Saat ini ekonomi Riau tumbuh hanya 2,62 persen.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Riau, perekonomian Riau tahun 2014 tumbuh diangka 2,62 persen atau terendah ke tiga dari seluruh propinsi di Indonesia.

Kepala Bank Indonesia, Mahdi Muhammad mengatakan, minyak merupakan komposisi terbesar yang memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi Riau. Apalagi dari ketiga propinsi terendah tersebut, Riau merupakan salah satu propinsi penghasil minyak di Indonesia.

"Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang tumbuh 5,02 persen, pertumbuhan ekonomi Riau masih sedikit lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh hanya 2,49 persen," kata Mahdi dalam acara ekspos pertumbuhan ekonomi 2014, Rabu (25/2/2015) di Kantor BPS Riau.

Mahdi hanya bisa berharap, mudah-mudahan kedepan Riau bisa lebih baik lagi. "Selain dari minyak pertumbuhan ekonomi Riau bisa lebih baik dengan didorong oleh hasil dari pertanian dan industri. Jadi tidak hanya bergantung dengan minyak saja, begitu pula halnya dengan kebiasaan mengekspor bisa berkurang dibandingkan mengimpor," jelas Mahdi.

Dijelaskan Mahdi, pertumbuhan ekonomi Riau tersebut sudah termasuk data migas. Jika diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp679,69 Triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp109,83 juta atau US$9.254,54.

"Dalam pertumbuhan ekonomi Riau tersebut, pemberi andil tertinggi dicapai oleh Jasa Perusahaan sebesar 12,84 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 7,34 persen," jelasnya.

Sementara itu, lanjut Mahdi, berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan IV tahun 2014 tumbuh hanya sebesar 1,05 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan berdasarkan laju pertumbuhan PDRB untuk seluruh propinsi di Sumatera, Riau berada di posisi ke 8 dari provinsi di pulau Sumatera. Dengan tertinggi diraih oleh Jambi sebesar 7,93 %, Kepulauan Riau sebesar 7,32%, Sumbar 5,85% dan Riau berada diatas Aceh yang tumbuh sebesar 1,65%.

"Jadi untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB akan dihitung mulai dari tahun 2010, dengan menghitung pada 17 sektor usaha. Jadi ada penambahan dari sebelumnya hanya 9 sektor usaha sekarang menjadi 17 sektor usaha (nomenklatur)," tutur Mahdi.

Untuk Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Riau pada triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 101,96%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen masih optimis dari triwulan sebelumnya. Dengan didukung oleh salah satu Variabel pembentuk ITK, yakni tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan 114,84%. Sedangkan nilai ITK pada triwulan I tahun 2015 diperkirakan akan tumbuh sebesar 104,14%.

"Artinya kondisi ekonomi konsumen akan membaik pada triwulan kedepan. Karena tingkat optimisme meningkat didukung oleh dua indeks yakni indeks pendapatan rumah tangga mendatang sebesar 104,65% dan indeks rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta/hajatan sebesar 103,22%," ungkapnya. (eza)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait