Kelompok Tani Nagoi Mandiri dan BKSDA Riau Jajaki Kerja Sama

Dua Ribu Hektar Lahan di Bukit Rimbang Baling Perlu Direhabilitasi

Presiden Joko Widodo saat menghadiri penanaman pohon di Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Desa ini merupakan bagian dari daerah aliran sungai Keduang yang berandil besar atas sedimentasi ke Waduk Gajah Mungkur.

Pekanbaru, Oketimes.com - Barisan Relawan Jalan Perubahan (BARAJP) menyebutkan Kelompok Tani Nagoi Mandiri bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, akan jajaki kerja sama program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RHL) Kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling.

"Kami sudah berupaya mekukan kerja sama rehabilitasi seluas 2000 hektar yang berlokasi dua desa di kawasan itu. Ada 2000 hektar Kawasan SM Hutan Rimbang Baling tergurus akibat kerusakan hutannya. BKSDA dan kelompok tani sudah melakukan MoU, tapi belum terealisasi," kata Ir Ganda Mora MSi, Ketua BRAJP Riau, Minggu (16/2/2020) kepada awak media di Pekanbaru.

Menurut Ganda Mora, jika rehabilitasi dilakukan, BARAJP siap menjadi pendamping, agar rehabilitasi dilakukan. Agar, aliran sungai Subayang di desa penyangga SM Rimba Baling tidak keruh lagi.

"Itu perlunya dilakukan rehabilitasi hutan, agar sekaligus berguna untuk menjernihkan air sungai akan jernih dan eko wisata pun semakin baik," ujarnya.

Ganda Mora menyebutkan saat ini ada sekitar 2000 hektar di kawasan SM Rimbang Baling tergerus. Lahan itu perlu dilakukan penghutanan kembali, melalui beberapa jenis bibit tanaman yang dikembangkan dan bisa dilakukan penanaman pohon Enau, Durian, Mahoni, Jengkol dan Petai. Jika terlaksana, flora dan fauna dan produksi oksigen semakin baik dan meningkat.

Hal senada dibenarkan Abdulah, Ketua Kelompok Tani Nagoi Mandiri mengakui, anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Nagoi Mandiri siap mendukung Taman Wisata Alam (Eko Wisata) Rimbang Baling.

"Kemarin sudah kami lakukan pertemuan dengan petugas BKSD Riau, guna membahas persiapan kegiatan penanaman, bahkan sudah dilakukan MoU, namun saat ini belum terlaksana," ungkapnya.

Abdullah juga mengatakan bahwa pertemuan tersebut, sempat dibahas berbagai hal terkait persiapan teknis pelaksanaan penanaman bibit yang direncanakan pelaksanaannya 10.000 bibit pada areal seluas 2000 hektar ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Wilayah I Bukit Rimbang Baling KSDA Riau Handri Hansen Siregar S Hut MSc saat dikonfirmasi soal ada rencana MoU dengan Kelompok Tani Nagoi Mandiri belum bisa berkomentar.

Namun sebelumnya, ia nya dalam bincang-bincang sebelumnya, menyampaikan bahwa Hutan Rimbang Baling sangat potensial dilestarikan dan dijalankannya program eko wisata.

Menurutnya, kawasan SM Bukit Rimbang Bukit Baling yang sebagian besar berada di wilayah provinsi Riau dan sedikit di Sumatera Barat ini, memiliki hamparan hutan daratan rendah perbukitan.

Selain itu, Hutan Bukit Rimbang Bukit Baling memiliki fungsi ekologis sebagai penyangga kehidupan di Sumatera Tengah dengan mengatur tata air, penyuplai O2 serta habitat berbagai flora dan fauna langka. Kawasan ini juga merupakan hulu dan daerah tangkapan air berbagai sungai besar di Sumatera.

Hutan itu juga ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa (SM), karena menjadi rumah bagi berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Salah satu species primata yang ditemukan di sana yaitu, surili sumatera atau simpai (Presbytis melalophos / mitred leaf monkey) dengan nama lokal Nokah.

Monyet endemik pulau Sumatera, dari famili Cercopithecidae termasuk primata langka, dengan status terancam (endangered) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Nokah yang dijumpai disana, merupakan subspesies berjenis Presbytis melalophos bicolar. Sedangkan lutung (Trachypithecus cristatus) bernama lokal cingku, Macaca fascicularis atau cigak, siamang (Symphalangus syndactilus), ungko/owa (Hylobates agilis) dan beruk (Macaca nemestrina).

Kemudian 64 jenis burung seperti kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) dan rangkong badak (Buceros rhinoceros), keduanya dari suku Bucerotidae. Rangkong badak merupakan salah satu spesies burung rangkong terbesar di Asia.

Satwa ini menghabiskan waktunya di bagian atas tajuk hutan dengan memakan buah-buahan, serangga, reptil kecil, hewan pengerat, dan burung-burung kecil, Elang Ular Bido (Spilornis cheela) atau crested serpent eagle, berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap.

"Ada yang mengatakan bahwa kulit kaki dari elang pemangsa ular ini kebal terhadap bisa ular, sehingga dinamakan elang ular," terangnya.***


 

Reporter   : Richarde
Editor        : Cardova


Tags :berita
Komentar Via Facebook :