Komisi IV Datangi Pembangunan Living World Simpang Mall SKA
Kunjungan Komisi IV DPRD Pekanbaru bersama Dishubkominfo, Damkar, BLH, Satpol PP dan SKPD terkait lainnya, turun ke kawasan pembangunan mal dan hotal di Simpang SKA di Jalan Tuanku Tambusai Jalan Soekarno Hatta, Selasa (6/12/16) siang.
Pekanbaru, oketimes.com - Hingga kini persoalan warga terkena dampak pembangunan aparteman dan mall di simpang SKA yang bernama `Living Word` berdampak pada kerusakan 13 rumah warga, air sumur kering, dan banjir belum ada realisasi.
Hal ini jelas membuat Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru meradang membuat Komisi IV melakukan kunjungan lapangan ke lokasi pembangunan `Living Word` dan melihat kondisi rumah warga hingga ligkungan setempat yang terkena dampak dari pembangunan.
Kunjungan Komisi IV DPRD Pekanbaru bersama Dishubkominfo, Damkar, BLH, Satpol PP dan SKPD terkait lainnya, turun ke kawasan pembangunan mal dan hotal di Simpang SKA (Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Soekarno Hatta), Selasa (6/12) siang. Kedatangaannya tidak hanya memantau pembanguna tapi berkeliling kerumah warga memantau lingkungan yang terkena dampak pembangunan `Living Word`.
Salah seorang warga yang berada disamping pembangunan. Pemilik usaha loundry, Andrial mengaku pihaknya sulit untuk komunikasi dengan pihak perusahaan. Bagaimana dimintai pertanggung jawaban. Pasalnya kondisi tempat usahanya retak parang dan pondasi tempa usahanya turun.
"Mereka pernah datang sekali kepada kita, tapi sewaktu perusahaan pertama sebelum di ganti saat ini. Sejauh ini kita minta solusi tapi tidak pernah di gubris," katanya disela-sela kunjungan Komisi IV ke lingkungan pembangunan Living Word.
Adrial mengaku pihak perusahaan sama sekali tidak pernah sekalipun ada itikad baik kepada tempat usaha.
"Jelas saja tempat usaha saya kondisinya memburuk dan menjadi rusak. Selain itu debit air menjadi berkurang. Pondasi rumah turun sejak dilakukan penggalian sepanjang 14 meter di pembangunan dan berdampak ke lingkungan kita," jelasnya.
Sementara itu RW 18 Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai, Martuah Amru mengaku sampai saat ini belum ada realisasi perusahaan kepada warga.
"Memang saya sudah menandatangani kesepakatan realisasi dari perusahaan. Janjinya sih di Desember ini tahap pertama sudah dilakukan. Namun pembangunan dilakukan bertahap," katanya.
Ditanya kerugian, Amru mengaku belum bisa memastikan, tapi kalau dikira - kira jumlah kerugiannya mencapai Rp5 juta sampai Rp7 juta per rumahnya.
"Ada 13 rumah warga yang rusak dan sampai sekarang belum ada realisasi dari perusahaan. Yah kita berharap saja mudah-mudahan segera ditanggapi," harapnya. (eza)
Komentar Via Facebook :