Uruguay vs Inggris: Laga Hidup Mati

OKETIMES.COM- Laga grup D pada Jumat (20/6) dini hari bakal berlangsung seru. Laga ini diibaratkan laga antara dua jawara yang tengah terluka. Jawara Amerika Latin, Uruguay secara mengejutkan digebuk Kosta Rika 1-3 pada laga sebelumnya. Inggris sendiri ditundukkan Italia dengan skor 1-2.

Kemenangan pada laga ini menjadi penentu nasib kedua negara di ajang akbar ini. Siapa pun yang kalah pada laga ini, maka harus siap-siap mengepak koper dan pulang kandang lebih dahulu.

Dua laga sisa pun mengharuskan keduanya menghindari sedikit pun blunder bila tidak ingin menghadapi eliminasi. Namun, menatap laga ini, manager kedua negara, Roy Hodgson dan Oscar Tabarez dipusingkan dengan belum jelasnya nasib penyerangan andalan mereka, Wayne Rooney dan Luis Suarez.

Media Inggris menantang Hodgson untuk mengesampingkan penyerang andalan Manchester United itu atau memindahkan dia dari kiri ke posisi favoritnya sebagai penyerang tengah.

Sementara bagi Uruguay, pentolan Liverpool Luis Suarez, yang menjadi topskor Liga Primer Inggris dengan koleksi 31 golnya, dipersiapkan untuk comeback pasca-operasi cedera meniskus lutut kirinya bulan lalu.

Rooney menjadi kreator bagi gol semata wayang Inggris ketika kalah 1-2 dari Italia, tapi membuang peluang untuk menyamakan skor di laga itu. Usai laga, kritikan menerpa The Three Lions, mempertanyakan posisi bermain striker gempal tersebut.

Namun Federasi Sepakbola Inggris (FA) menyatakan Rooney telah meminta latihan ekstra di tengah tim utama yang melanjutkan pemulihan pasca-pertandingan kontra Italia. Lewat akun media sosial miliknya, Rooney komplain, "terkadang (saya) bertanya-tanya apa yang media ingin beritakan."

Frank Lampard kemudian mengecam media yang coba mengganggu konsentrasi rekan setimya itu. "Menyorot berlebihan terhadap satu pemain bisa menjadi semacam agenda (media), ketimbang membuat perdebatan," tukas gelandang senior Inggris itu.

Peran sentral Rooney memang sedikit banyak tertutup oleh cemerlangnya sayap lincah milik Liverpool, Raheem Sterling. Winger The Reds ini memperlihatkan aksi impresif dan keberaniannya menerebos pertahanan Italia yang digalang pemain sekelas Bonucci dan Giorgio Chellini.

Bukan hanya pada lini serang yang perlu diperhatikan. Lini belakang kedua tim juga perlu mendapat perhatian yang serius. Pada laga sebelumnya, lini terakhir ini terlihat rapuh saat mendapat serangan hingga berujung tergantinya gol.

Inggris misalnya. Gol yang dicetak oleh Mario Balotelli bisa jadi perhatian Hodgson. Gary Cahill bermasalah dengan bola-bola udara, bek Chelsea ini kalah lompatan dengan Balotelli hingga bisa menjebol gawang Joe Hart.

Lini belakang Uruguay yang kali ini kehilangan kapten Diego Lugano pun harus dibenahi jika juara Piala Dunia dua kali ini masih ingin bertahan di Brasil. Barisan pertahanan mereka berulang kali dibuat kelabakan oleh striker Kosta Rika Joel Campbell, bakat muda Arsenal, dan pilar PSV Eindhoven Bryan Ruiz.

Mereka juga dipastikan akan kehilangan bek Benfica, Maxi Pereira, yang dikartu merah atas pelanggarannya pada Campbell dalam laga Sabtu lalu itu. Posisinya kemungkinan bakal diisi pemain Juventus, Martin Cecares.

Namun Inggris patut waspada terhadap ancaman duet bomber Paris Saint-Germain Edinson Cavani dengan si haus Suarez, sekalipun mungkin nama terakhir ini tidak mampu fit di hari H. Oscar Tabarez menyebut ini adalah laga "final", sementara kapten Diego Lugano melabeli ini laga di Corinthians Arena sebagai tarung "hidup dan mati".

Di kubu seberang, bagi Daniel Sturridge, yang menjebol gawang Italia dengan manis lewat sepakan first-time, menilai Sao Paulo bakal jadi panggungnya Inggris untuk "menang atau mati".

Rivalitas kedua negara ini sudah dimulai pada Mei 1953 silam, ketika gol dari Julio Cesar Abbadie dan Omar Oscar Miguez menumpas Inggris 2-1 di Montevido.

Adapun perjumpaan mereka di pentas Piala Dunia baru dua kali, ketika status Uruguay adalah juara bertahan. Mereka melipat Inggris 4-2 di perempat-final edisi 1954, berlanjut pada 1966 ketika keduanya bermain imbang tanpa gol di babak grup, edisi yang kemudian ditutup Inggris dengan rengkuhan kampiun sekaligus menjadi satu-satunya koleksi trofi Piala Dunia mereka sampai saat ini.

Penulis: Firman Qusnulyakin/FQ
Sumber: beritasatu.com


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait