Tembilahan dan Dumai Dilanda Inflasi Tertinggi

PEKANBARU.Oketimes.com-Sejumlah komoditas, dan jasa seperti Bawang merah, tarif parkir, jengkol, udang basah, rokok kretek filter, susu untuk balita, angkutan udara, jeruk nipis, jeruk,  roti tawar, minyak goreng, bedak, rokok putih, anggur, pemeliharaan/service kendaraan, ketela pohon daun bawang, rendang, semangka, bahan pelumas/oli dan sebagainya merupakan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Provinsi Riau.

Demikian dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau Drs Mawardi Arsyad MSi kepada wartawan dalam jumpa pers di Kantor BPS Riau Jalan Pattimura Pekanbaru, Jumat (2/5).

Dijelaskan Kepala BPS Riau itu April 2014 gabungan tiga kota di Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 111,61. Laju inflasi tahun kalender (April 2014 terhadap Desember 2013) sebesar 1,13 persen dan Laju Inflasi Tahunan/Year on Year (April 2014 terhadap April 2013) sebesar 7,47 persen.

Dari tiga kota IHK di Provinsi Riau, dua kota mengalami inflasi dengan nilai inflasi tertinggi terjadi di Tembilahan 0,77 persen, diikuti Dumai 0,40 persen, sedangkan Kota Pekanbaru mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.

Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.

Inflasi Riau bulan April 2014 terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada lima kelompok pengeluaran, dengan inflasi tertinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,34 persen, diikuti oleh kelompok kesehatan 0,28 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,27 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0.09 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,05 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,28 persen dan 0,26 persen.

Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, tujuh kota mengalami inflasi dan 16 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang 1,57 persen, disusul Tembilahan 0,77 persen, Dumai 0,40 persen, Medan 0,34 persen, Sibolga 0,23 persen, Jambi 0,14 persen, dan Padangsidempuan 0,08 persen,.

Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjungpinang 0,87 persen, Metro 0,82 persen, dan Pematangsiantar 0,66 persen. Dari 10 ibukota Provinsi di Sumatera, inflasi tertinggi di Pangkalpinang diikuti Medan dan Jambi.

Di Indonesia 43 kota dari 82 kota IHK mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi Kota Pangkalpinang 1,57 persen, Maumere 0,99 persen, Ambon 0,92 persen, dan terendah di Kota Samarinda dan Jember masing-masing 0,01 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi tertinggi yakni Kota Jayapura 1,79 persen dan Tanjungpinang 0,87 persen.

BPS Riau merilis juga produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I 2014 (q-to-q) terhadap triwulan IV 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 41 persen. Hal ini dipengaruhi meningkatnya produksi industri karet, barang dari karet dan plastik yang naik sebesar 19,56 persen.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I tahun 2014 terhadap triwulan I tahun 2013 (y-on-y) mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 7.53 persen. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan produksi dari jenis industri karet, barang dari karet dan plastik yang naik sebesar 22,84 persen.(mp)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait