Tiap Menit ada 4 Anak Putus Sekolah
PEKANBARU.oketimes.com- Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2014 di Kota Pekanbaru diisi dengan Upacara Bendera di halaman Kantor Gubernur Riau dan di halaman Kantor Wali Kota Pekanbaru, Jumat pagi tadi (2/5).
Puluhan Massa dari kelompok Aliansi Rakyat Riau Berdaulat (ARRIB) yang di dalamnya terdapat Barisan Muda Riau, BEM UIR, BEM STMIK Amik Riau, BEM Abdurrab, BEM Umri, BEM Unri, BEM STMIK Darmapala, Hipmih, EW-LMND, DPW-SRMI, KPW-PRD, menggelar aksi unjukrasa yang diarahkan ke Gubernur Riau H Annas Maamun.
Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, rakyat mempertanyakan sejauh mana Negara menjalankan amanat konstitusi UUD 1945 seutuhnya untuk memberikan hak dasar pendidikan kepada Rakyat Indonesia, pendidikan berkualitas dan gratis tanpa diskriminasi faktor usia, faktor jenjang pendidikan, faktor ekonomi, faktor teritorial.
Rendahnya perhatian negara dalam dunia pendidikan Indonesia tergambar dalam upaya amandemen UUD 1945 hanya mengalokasikan 20 persen dari APBN sedangkan 60 persen dari jumlah anggaran pendidikan tersebut sudah terserap untuk gaji guru.
Hal ini menggambarkan belum memadainya anggaran pendidikan untuk mewujudkan pendidikan gratis tanpa diskriminasi sesuai amanat konstitusi UUD 1945 dan upaya amandemen UUD 1945 menetapkan 20 persen alokasi dana APBN telah mencabut ruh daripada UUD 1945 tentang amanat konstitusi agar negara bertanggung jawab memberikan pengajaran sepenuhnya kepada rakyat Indonesia.
"Berdasarkan realita pendidikan Indonesia yang sangat memprihatinkan dengan ini kami menyimpulkan bahwa Pemerintah belum melaksanakan pendidikan sesuai Proklamasi dan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Untuk itu kami sampaikan tuntutan, kritik dan saran kepada Pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan agar tetap konsisten berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," ujar Koordinator Umum ARRIB Riau Yusroni T didampingi Koordinator Lapangan Broery Marihot Pesolima Nainggolan.
Kondisi ekonomi yang memburuk, sempitnya lapangan kerja membuat sebagian keluarga di negeri ini tak mampu menyekolahkan anak mereka sebagaimana mestinya, ini bisa diamati dari data United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (Unesco).
Pengamat pendidikan Muhammad Zuhdan 2013 seperti dilansir suaramerdeka.com tiap menit, empat siswa putus sekolah, menyebutkan tercatat ada 1,3 juta anak usia 7-15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Dengan kata lain setiap menit ada empat anak yang putus sekolah.
Sementara sejumlah pengamat mengkhawatirkan nasib tenaga kerja di Riau bila tahun 2015 nanti diberlakukan Asean Economic Community (AEC) yaitu pasar bebas tenaga kerja asing. Artinya tenaga kerja asing dan perusahaan asing bebas masuk ke Indonesia dan melaksanakan berbagai bidang pekerjaan di dalam negeri. Bila naker Indonesia (Riau) kalah bersaing dengan naker asing, maka naker dalam negeri tersingkir dari persaingan pasar bebas ini.(mp)
Komentar Via Facebook :