Diduga Menderita Radang Paru-paru
Dipicu Kabut Asap, Balita 13 Bulan Terbaring Lemah di RS Santa Maria
Proses INHALASI/metode pengobatan bagi balita penderita flu berat dan batuk berdahak untuk mengencerkan atau meluluhkan cairan dahak yang menggangu pernafasan di Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Pekanbaru, OKETIMES.COM - Seorang Balita berusia tiga belas bulan, Gibran Doktora Deysra, terbaring lemah tak berdaya di RS Santa Maria Pekanbaru. Untuk bernafas, Gibran yang mengidap penyakit radang paru-paru harus dibantu dengan oksigen di hidungnya.
Gibran telah tiga hari dirawat intensif di RS Santa Maria, terhitung sejak Jumat (25/9) kemarin. Kedua orang tuanya, Yusri Afdal Kahar dan istrinya Desi R Yanti, hanya bisa pasrah dan berdoa agar diberikan kesembuhan kepada buah hatinya. Apalagi saat melihat suhu tubuhnya buah hatinya terkadang mencapai 40 derajat Celcius yang disertai pilek, air mata pun jatuh di pipi sang ibu.
Ditemui media ini di RS Santa Maria, orang tua Gibran menceritakan, jika anaknya mulai demam sejak Senin pekan lalu. Saat itu Gibran telah mulai mengidap batuk dan pilek. Khawatir anaknya terserang Inpeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang ditimbulkan akibat kabut asap, kedua orang tua Gibran memutuskan untuk membawa anaknya ke RS Awal Bros Panam.
Oleh sang dokter, Gibran hanya diberikan obet penurun demam. Bukan makin membaik, tiga hari berselang kondisi Gibran malah semakin memburuk dan membuat kedua orang tuanya panik. Akhirnya, pada Jumat tengah malam kemarin, Gibran dibawa ke RS Santa Maria.
" Tengah malam itu juga Dokter di RS Santa Maria menganjurkan Gibrat harus dirawat inap. Kondisi Gibran yang lemah membuatnya harus diinfus, hidungnya dipasangi selang oksigen dan selang uap agar lendir yang ada di hidung dan tenggorokkannya dapat berkurang sehingga pernafasannya bisa lancar," urai Yusri, Senin (28/9) sore.
Melihat kondisi buah hatinya dipasangi alat medis, kedua orang tuanya hanya bisa pasrah dan sesekali meneteskan air mata. Apalagi saat dokter menyatakan jika Gibran menderita radang paru-paru, yang diakibatkan oleh dampak kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan yang melanda Riau sebulan ini.
" Saat itu Gibran sudah dalam kondisi lemah, untuk menangis saja sudah tak kuasa. Nafasnya sesak dan berat. Kadang-kadang ia mengigau. Tak tega kami melihatnya. Belum lagi begitu banyak alat medis yang dipasang di tubuh Gibran. Dokter bilang dia menderita radang paru-paru akibat ISPA parah," kata Yusri sambil menyeka matanya.
Sejak dirawak pada Jumat kemarin, kondisi sang bocah 13 bulan itu belum pulih benar. Nafasnya masih sesak dan batuk berdahak dan harus dipasangi selang uap tiga kali sehar agar pernafasannya lancar. "Kata dokter, kalau tidak dipasang selang uap bisa bahaya, lendir bisa menyumbat paru-parunya," ungkap Yusri.
Padahal, ejak kabut asap melanda, Gibran selalu berada di dalam kamar dan tidak pernah dibawa keluar rumah. Pun begitu tetap saja terserang radang paru-paru. Lalu mesti bagaimana lagi masyarakat bertindak menanggapi bencana kabut asap ini. Kalau mau selamat dari penyakit ya jalan satu-satunya mengungsi ketempat yang tak ada asapnya. "Karena meski berada di dalam rumah, asap juga masuk hingga ke dalam," ketus Yusri. (XXX)
Komentar Via Facebook :