Menilik kesuksesan Bisnis Lele Jumbo di Rokan Hulu
Kolam lele jumbo milik Helmi, di Rambah Barat Mulia, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau.
Rokan Hulu, oketimes.com - Mencoba alias tidak takut gagal adalah prinsip yang mengantarkan Helmi sukses menjadi pengusaha Lele Jumbo di Rambah Barat Mulia, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau.
Dengan modal terbilang minim, pemilik usaha ini berhasil mengembangkan bisnis lelenya hingga meraup omzet belasan juta perbulan.
Pria kelahiran Muararumbai 50 tahun silam ini memang doyan berbisnis sejak masih remaja. Ketika duduk di bangku SMP di Muararumbai, Helmi kerap membantu orang tuanya berjualan kelapa dan beras. Soal pendidikan hanya tamat SMP, tapi bagi dirinya soal pendidikan yang hanya tamat SMP tidak menjadi persolan, mampu memberanikan diri membuka bisnis sendiri, mulai dari berjualan kecil-kecilan hingga usaha perabot dilakoninya.
Meski bisnis itu tidak pernah bertahan lama, Helmi yang akrab disapa Ongah ini tidak kapok mencoba. Pada 2015 awal, pria anak tiga ini kembali mencoba bisnis baru yang belum pernah digeluti sebelumnya, yakni membudidayakan ikan lele.
"Soal pengetahuan saya tentang budidaya lele memang sangat terbatas waktu itu. Tapi, saya bertekad niat mencobanya tidak takut gagal," cerita Helmi, Rabu (1/2017).
Bermodalkan Rp 3 juta dari kocek sendiri, dia membelanjakan 3.000 bibit lele Jumbo, pakan lele, dan terpal untuk pembuatan kolam di belakang rumah.
Lantaran belum tahu banyak soal budidaya lele, tingkat kematian lele menurutnya sangat besar. Ketika itu, hanya 50% bibit lele yang mampu bertahan.
Meski begitu, selang tiga bulan, Helmi berhasil menikmati hasil panen pertamanya sebanyak berhasil memproduksi bibit sebanyak 100 ribu lele untuk perbulannya. Melihat hasil yang cukup menggiurkan, Fauzan memutuskan untuk serius menggeluti budidaya lele Jumbo tersebut. Tak heran, dia belajar lebih mendalam soal budidaya lele.
Apalagi, kata Helmi, kala itu, lele Jumbo merupakan yang unggul. Bahkan, hasil riset pemerintah yang ia baca menyebutkan, masa panen jenis lele ini lebih cepat, yakni hanya dua bulan. Menurutnya jenis lele ini tahan terhadap penyakit dan perubahan suhu pun lebih baik dibandingkan jenis lele lainnya.
Kini, dalam sebulan, Helmi bisa memproduksi 300-400 ribu ekor bibit lele. Harga bibit ditentukan berdasar ukuran. Misal, bibit berukuran 5-6 centimeter (cm) dibanderol Rp 160 per bibit. Sementara, bibit ukuran 7-8 cm dijual Rp 200 per bibit, dan untuk diluar daerah harga disesuaikan.
Tak hanya itu, saban hari, Helmi juga memproduksi 1-3 kuintal lele berukuran siap konsumsi seharga Rp 17.000 per kilogram.
Jadi, saban bulan, dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 17- 20 juta. Pelanggannya tak hanya tersebar di wilayah Kabupaten Rokan Hulu, tapi juga dari Padang dan Sumutra Utara. (ys)
Komentar Via Facebook :