Iran Larang Warganya Beribadah Umrah ke Saudi

Ilustrasi

Iran - Ketegangan hubungan antara Arab Saudi dan Iran kian parah hingga saling memutus kerja sama ekonomi. Menurut Reuters, selain memutus seluruh impor dari Saudi, Iran bahkan melarang rakyatnya untuk melakukan ibadah umrah.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Iran, Hassan Rouhani, dalam rapat kabinet pada Kamis (7/1).

Menurut CNN, Saudi bukan merupakan mitra utama perdagangan bagi Iran. Namun, pelarangan ziarah ke tempat suci umat Islam tersebut dianggap dapat memukul mundur perekonomian Saudi.

Saudi meraup keuntungan sekitar US$18 miliar dalam setahun dari pos wisata keagamaan. Iran sendiri merupakan salah satu penyumbang peziarah terbanyak.

Pemerintah memperkirakan sekitar 600 ribu warga Iran pergi ke Saudi setiap tahunnya untuk melakukan ziarah. Namun kini, beberapa penerbangan antara kedua negara bahkan sudah diputus.

Kebijakan Teheran ini diumumkan tak lama setelah Saudi menyatakan memutus hubungan diplomatik dengan Iran. Saudi bahkan memutus hubungan perdagangan dan penerbangan serta melarang warganya pergi ke Iran. Riyadh geram lantaran menganggap Iran tak berupaya keras untuk menahan pengunjuk rasa agar tidak menyerang gedung kedutaan besar Saudi di Teheran.

Kendati demikian, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al Jubeir, menyatakan bahwa peziarah Iran masih akan dipersilahkan mengunjungi situs suci Islam di Mekkah dan Madinah, baik untuk menunaikan ibadah haji tahunan maupun umroh.

Para pengunjuk rasa melontarkan protes karena Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr, pada Sabtu (2/1).

Nimr merupakan salah satu kritikus dari kelompok Syiah yang paling vokal memperjuangkan kesetaraan Syiah dengan Sunni di Saudi. Nimr dianggap sebagai seorang teroris oleh Riyadh, tapi dipuji Iran sebagai pemerhati hak-hak kelompok Syiah yang minoritas dan terpinggirkan di Saudi.

Sebagai bentuk dukungan terhadap Saudi, Bahrain, Sudan, dan Uni Emirat Arab mengikuti jejak Saudi untuk memutus hubungan diplomatisnya dengan Iran pasca insiden di kedubes tersebut. Setelah itu, Kuwait menarik pulang duta besarnya untuk Iran.

Di tengah gejolak hubungan kedua negara, Iran pada Kamis (7/1) mengatakan bahwa pesawat Arab Saudi menyerang kantor kedutaan besar mereka di Sanaa, Yaman.

"Arab Saudi bertanggung jawab atas kerusakan di gedung kedutaan besar dan cederanya beberapa staf," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari, kepada stasiun televisi pemerintah Iran, IRIB.

Penduduk dan saksi mata di Sanaa mengatakan bahwa tidak ada kerusakan pada gedung kedutaan besar yang terletak di distrik Hadda tersebut.

Menurut keterangan mereka, serangan udara tersebut menghantam di radius sekitar 700 meter dari kedutaan besar. Beberapa batu dan pecahan meriam memang jatuh di pekarangan kedubes.

Namun setelah itu, koalisi serangan udara pimpinan Saudi menampik tudingan tersebut. Bantahan serupa juga dilontarkan oleh Kementerian Luar Negeri Yaman.

"Komando koalisi menegaskan bahwa tuduhan (Iran) ini palsu dan kosong. [Kami] menekankan bahwa tidak ada operasi apapun di sekitar kedutaan atau di dekatnya," bunyi pernyataan dari kantor berita Saudi, SPA, Kamis (7/1) malam.***

CNN/Reuters


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait