Disinyalir Korban Malpraktek
Awalnya Demam Tinggi, Kaki Balita Ini Malah Berlubang Setelah di Rawat RSUD Arifin Achmad
Ilustrasi
Pekanbaru, Oketimes.com - Mayang Sari, seorang balita berumur 14 bulan sedang berjuang menahan rasa sakit, akibat kakinya berlubang dan bernanah. Ia bahkan tak bisa berjalan dan bercanda riang layaknya anak seusianya.
Luka yang diderita Mayang itu terjadi setelah ia dirawat selama kurang lebih 20 hari di RSUD Arifin Achmad, berawal dari sakit demam tinggi yang dideritanya.
Buah hati dari pasangan suami istri Wiyono (39) dan Nita (38) itu hanya bisa menangis dipangkuan ibunya. Pandangan memilukan terlihat saat mengarah ke pergelangan kaki kiri Mayang. Disana terlihat jelas luka yang menganga dan bernanah. Bahkan dari luka itu juga mengeluarkan aroma bau yang kurang sedap.
Diceritakan Nita, jika luka yang diderita buah hati dari perkawaninannya itu, bukan disebabkan oleh luka bekas kecelakaan seperti lazimnya.
Luka itu terjadi sekitar satu bulan lalu, saat Putrinya dibawa ke RSUD Arifin Achmad, karena mengalami demam tinggi. "Saat itu kata perawat anak saya step (deman tinggi)," kata Nita menceritakan.
Waktu itu, perawat langsung merujuk Putri ke ruang PICU di RSUD Arifin Ahmad. Disana anaknya diberikan penanganan medis, seperti dipasangin infus dan diberikan obat suntik.
"Putri juga dirontgen dan diambil sampel darahnya. Kondisinya anak saya waktu itu mengigau, tapi masih sadar. Kami juga tidak diperbolehkan menemaninya lama-lama, beralasan ada jam besuknya dan itu dua kali sehari dengan durasi dua jam," sebut Nita, pada awak media ini, Selasa (15/12) siang.
Hari kedua, Putri dirawat di ruang PICU, tim dokter lalu meminta rekomendasi keluarga, agar Putri diberi suntikan, yang penjelasan fungsi suntikan ini berguna untuk mencegah radang otak, akibat demam tinggi yang dialami anaknya. Karena ingin anaknya lekas sembuh, tak perlu pikir panjang, orang tua putri pun mengizinkannya.
Sepekan kemudian lanjut Nita, putrinya itu dirawat di ruang PICU, akhirnya pihak RSUD memperbolehkan Putri untuk pindah ke ruangan perawatan biasa.
"Anak saya lalu pindah ke ruang perawatan Flamboyan. Cuma ada yang aneh saat itu, terlihat kaki anak saya dibungkus perban, padahal sebelumnya tidak ada. Saya lalu bertanya kenapa dan dijawab perawat bahwa luka itu akibat efek suntikan, kalau tak salah suntik Melon katanya. Karena saya orang awam saya tak mau memperpanjang," ingatnya.
Diruang Flamboyan, kondisi Putri juga masih belum stabil. Tak jarang ia merengek karena menahan sakit di bagian kakinya. Selama itu pula infus masih terpasang dan masih diberi obat suntikan antibiotik.
"Pernah sekali tangan anak saya bengkak besar, akibat suntikan obat antibiotik. Putri juga tak bisa tidur karena menahan sakit," ungkap Nita lagi.
Karena penasaran, sang ayah curiga, apalagi saat melihat perban di kaki Putri berair dan mengeluarkan aroma kurang sedap. Wiono lalu memberanikan diri untu membuka perban yang terbungkus di kaki buah hatinya.
"Kami berdua kaget saat melihat kaki anak saya bernanah dan berlubang. Ini kenapa, karena sebelumnya nggak ada luka kayak begini," timpal Wiyono yang dibenarkan istrinya.
Kata perawat dan dokter, sambungnya, itu merupakan efek suntikan yang diberikan sebelumnya. Memang menjadi luka dan terkadang melepuh. Mereka memastikan kalau luka itu akan kering dan sembuh dengan sendirinya.
"Luka yang ada dikaki anak saya tak diobati, hanya dibersihkan saja. Bahkan untuk ganti perbannya, kami musti maksa perawatnya," sesal Nita.
Tepatnya, Jumat (4/12) siang, Putri akhirnya diperbolehkan pulang, walau saat itu kondisi Putri belum pulih benar. Bahkan kakinya juga masih dalam menganga dan bernanah.
Saat itu perawat meyakinkan, kalau luka itu bakal sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari. Kami pun kemudian membawa pulang Putri, setelah keluarga membayar uang jaminan Rp 3 juta, dari total biaya keseluruhan sebesar Rp 17 juta.
Sejak Putri pulang kerumah sampai saat ini, kondisinya bukannya malam membaik, tapi terus memprihatinkan. Parahnya lagi, Putri tak bisa berjalan seperti dulu sebelum dibawa ke RSUD Arifin Ahmad.
"Luka dikaki anak saya makin parah dan makin membusuk. Tak kuat kami melihat penderitaannya," ujar Nita dengan airmata berlinang.
Akhirnya, Selasa (15/12) siang, keluarga mendatangi RSUD guna mempertanyakan kondisi anaknya yang sebelumnya dirawat. "Mereka katakan itu biasa. Kami lalu disuruh ke Poli Anak dan cuma bayar Rp 30 ribu kata mereka. Tapi yang bikin nggak enak, sikap para perawat di RSUD terkesan jijik dengan luka yang diderita anak saya, jauh-jauhlah, saya dengar ada perawat bilang begitu," kesalnya.
Tak terima dan merasa sakit hati dengan sikap dan perlakuan para perawat yang dinilai tidak bertanggungjawab itu, Nita akhirnya memilih untuk pulang, tanpa hasil apapun.
"Kami kesana hanya ingin minta keterangan dan tanggungjawab pihak rumah sakit, kok malah kaki anak kami jadi parah begini. Padahal awalnya hanya sakit demam tinggi. Tapi sikap mereka begitu," tutup kesal. (tripelx)
Komentar Via Facebook :