Nganggur
240 Jamaah GJKI Rohul Buruh PT Torganda Terancam Kelaparan
Inset: Pendeta GJKI Rohul Lister Situmorang dan nasib buruh harian lepas perkebunan sawit.
Pasir Pangaraian, OKETIMES.COM - Sebanyak 240 buruh PT Torganda di daerah Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) provinsi Riau kini terancam kelaparan. Pasalnya perusahaan perkebunan di tempat mereka mengais rezeki sedang dilanda masalah. Informasi ini disampaikan Pendeta GJKI Rohul Lister Situmorang pada awak media di Pasir Pangaraian, Selasa (8/9/2015) siang.
Katanya, meski perusahaan bermasalah, semestinya pihak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap karyawannya. Sebab ratusan buruh tersebut kini sudah terancam kelaparan, karena sudah beberapa bulan tidak lagi bekerja di perusahaan tempat mereka kerja.
" Kemarin saya hanya bisa memberikan beras satu zak dan dua kardus indomie, untuk 30 Kepala Keluarga (KK). Kemudian masih ada 7 afdeling kondisinya sudah tragis, bagi kami pokoknya ada beras dan bisa dimakan, meskipun apa jenis beras itupun, kami sudah sangat bersyukur," tuturnya.
Sangkin parahnya ungkap Lister, salah satu buruh perusahaan tersebut sudah ada yang melakukan percobaan bunuh diri satu keluarga. Dan lima orang meninggal dunia, satu orang kini tengah di rawat di Rumah Sakit Umum Medica Rantau Kasai.
Imformasinya lanjut Lister, kepala keluarga memberikan racun kepada istri dan anak-anak, karena pada saat itu sudah dua hari tidak ada beras, akibat sulitnya ekonomi terpaksa mereka meminum racun bersama-sama " Saya tidak tahu lagi gimana kondisinya jamaah saya, mereka hanya kerja dua Hari Kerja (HK) satu bulan, satu HK Rp 79 ribu, sementara anaknya ada yang 10 orang dan ada yang 6 orang," tuturnya.
Lister Situmorang berharapa, kepada Pemkab Rohul untuk diam saja. Mestinya pemerintah dapat membantu masyarakat, atau setidaknya dapat memberikan bantuan makanan untuk bertahan hidup. " Kalau bisa pemerintah jangan menggantung-gantung seperti saat ini, semestinya pemerintah lebih cepat mengurusnya, sehingga masyarakat dapat bekerja seperti semula," pintanya.
Tambahnya lagi, kini kondisi BHL masih bertahan di rumah-rumah mereka, karena para buruh tersebut sudah lama jadi Buruh Harian Lepas (BHL).
" Terus terang saja, BHL itu ada yang sudah 20 dan 10 tahun bekerja di sana, namun kini pekerjaan itu tidak ada lagi. Kemana lagi kami untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika tidak diperhatikan pemerintah, itu sama dengan membunuh rakyat," tegasnya.
Ia juga mengatakan, kondisi perekonomian para buruh kini sudah sangat benar-benar diatas ambang kewajaran. Apalagi para buruh memang sudah tidak bisa lagi bekerja untuk mendapatkan pekerjaan guna mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
" Saat ini mereka sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah atau donatur. Apalagi saat ini tempat berhutang sudah tak ada yang dapat memberikan. Jangankan nagsi utang, meminjampun ke perusahaan tidak dapat. Jadi saya tidak tahu lagi apa yang saya harus perbuat," paparnya. (yahya)
Komentar Via Facebook :