Mensos Sebut Kemandirian Pangan Tingkatkan Status Sosial Masyarakat

program sosial masyarakat di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.

KAMPAR, Oketimes.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan Program Kemandirian Pangan dan Energi yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau potensial mengangkat status sosial masyarakat secara merata dan berkelanjutan.

"Status sosial sangat erat kaitan dengan perekonomian suatu keluarga. Maka jika perekonomian mereka baik, secara otomatis status sosial juga akan baik," kata Khofifah kepada pers di Pekanbaru, Jumat (6/3/2015).

Mensos mengatakan itu saat dimintai tanggapan atas berbagai program sosial masyarakat yang dijalankan Pemda Kabupaten Kampar dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah Kabupaten Kampar saat ini mengedepankan Program Lima Pilar Pembangunan yakni meningkatkan akhlak dan moral masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan peningkatan infrastruktur. Lima pilar pembangunan itu bermuara pada Program 3 Zero, bebas dari kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh.

Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, pihaknya membangun percontohan untuk sejumlah program sosial masyarakat di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.

Di kawasan P4S, telah banyak program percontohan yang di jalankan. Selain itu, pemerintah setempat juga melakukan berbagai kegiatan pelatihan bagi masyarakat, mulai dari menjahit hingga pertanian, perikanan, dan pengelolaan limbah ternak. Tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Salah satu program andalan yang sekarang sedang dijalankan adalah Program Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi. Program ini mengedepankan pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga yang lebih dari cukup.

Di atas lahan seribu meter persegi itu, nantinya setiap rumah tangga dapat memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas 1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.

Kemudian, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang 50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

Kemudian dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter.

Bio urine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

Jefry Noer mengatakan, melalui program ini masyarakat benar-benar akan sejahtera jika serius melaksanakannya. Karena hasilnya tidak main-main, bisa membuat masyarakat yang tadinya miskin menjadi jutawan dan tidak kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

"Mau masak tinggal beli garam, dan bumbu-bumbu saja. Mau bawang, cabai dan sayuran, tinggal dipanen di halaman rumah. Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang dipelihara sendiri," katanya.

Jefry merincikan, jika program ini dijalankan dengan baik dan serius, maka hasilnya juga lebih dari memuaskan. Seperti bio urine hasil dari kotoran cair sapi yang dipelihara, per bulannya dapat menghasilkan lebih seribu liter.

"Anggap saja yang jadi atau berhasil diolah itu 250 liter, artinya sudah menghasilkan uang lebih dari Rp6 juta. Belum lagi dari hasil pertanian dan perikanan yang jika serius dijalankan juga akan mendatangkan uang," katanya.

Pada program ini, Jefry Noer memberikan pembelajaran bagi masyarakat, bahwa banyak yang dapat dimanfaatkan dari lahan yang sempit. Bahkan inovasi yang dikedepankan memberikan pelajaran; bahwa ternyata limbah ternak memiliki harga jual yang melebihi harga dari hewan peliharaan itu.

"Dalam program ini, semuanya dibalik. Jika selama ini masyarakat menganggap sapi sebagai hewan ternak yang berharga, ternyata limbah atau kotorannya jauh lebih berharga. Bahkan air kencingnya bisa lebih mahal dari susu yang dihasilkan, bahkan lebih mahal dari minyak," katanya.

Mensos mengatakan, sejumlah program sosial masyarakat yang diterapkan Pemda Kabupaten Kampar sebaiknya menjadi contoh bagi daerah lainnya baik di Riau maupun nasional. Jika ini dikembangkan, maka masyarakat akan mendapat manfaat yang luas. (hms)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait