Tradisi Festival `Perang` Air Saat Imlek di Meranti Daya Tarik Wisata Daerah

Ilustrasi, perang air.

Selatpanjang, OKETIMES.com – Tradisi festival 'perang' air yang digelar setiap perayaan Imlek bagi warga keturunan Tionghoa di Kota Meranti, adalah merupakan salah satu potensi daya tarik wisata tersendiri bagi daerah ini. 

Untuk itu, Dinas Pariwisata Budaya Pemuda Dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Meranti, menilai perang air sangat berguna bagi masyarakat setempat untuk terus dipertahankan. 

Penegasan ini seperti diutarakan Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Disparpora Meranti, melalui Sekretaris Disparpora  Drs H Ismail Arsyad pada media ini di Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti Riau, Jum'at (13/2) kemarin. 

Menurutnya tradisi festival perang air mineral yang dikemas dalam gelas atau dalam botol oleh pabrik, dapat dilakukan oleh masyarakat warga keturunan Tionghoa yang akan merayakan Imlek dan tidak dapat dicegah. Karena tradisi tersebut adalah merupakn ciri khas daerah Meranti sendiri.

"Tradisi perang air ini, adalah suatu daya tarik wisata tersendiri di Kabupaten Meranti. Karena tradisi ini suatu kebiasaan masyarakat Tionghoa di Meranti yang datang atau yang berkunjung ke Meranti. Ikut serta dalam bermain perang air dengan senjata air atau pistol peluru air, dan tradisi ini sudah ada sejak dari dahulu," 

Dikatan ismail, tradisi perang air dengan air yang sudah di kemas oleh pabrik, dan semprot air ini yang akan menjadi daya tarik wisatawan, seperti yang di lakukan di Negara Thailand dan Negara yang lainnya. 

Bahlan lanjutnya, perang air bukan hanya dilakukan suku Tionghoa saja, namun masyarakat umat Muslim juga ada saat menjelang lebaran hari raya Idulfitri dan hari raya lainnya turut memainkan air, seperti madi balimau dan lainnya. 

Makanya Disparpora tidak bisa menghentikan atau melarang kegiatan melempar air tersebut, akan tetapi pihaknya akan lebih menyarankan agar lebih mengefektifkan dan lebih teratur pada saat perayaan saat Imlek nanti.

Lebih jauh lagi H Ismail, jika digunakan dengan air yang belum diisi dan dikemas oleh pabrik, itu bisa dianggap sangat berbahaya, karena kita tidak tahu apa yang akan dicampur oleh masyarakat, dan juga bisa berbahaya bagi para wisatawan yang berkunjung dan dapat mengurangi daya tarik potensi wisatawan yang datang.

"Mereka yang memainkan perang air sudah siap beli dan juga sudah siap untuk mengeluarkan modal demi kegiatan tersebut, karena memang air bersih yang harus digunakan untuk berperang main air tersebut," katanya. 

Menurutnya jika tradisi perang air terus dipertahankan, wisatawan yang akan datang setidaknya dapat menambah nilai ekonimis bagi warga sekitarnya. Dimana para wisatawan akan berbelanja yang dijajakan masyarakat, seperti usaha kerajinan, hotel dan usaha yang diperdagangkan masyarakat setempat.

"Para wisatawan dapat membeli air mineral kemasan dan usaha kerajinan lainnya, masyarakat juga mendapatkan hasilnya, nah di situlah dapat perputaran uang atau penghasilan bagi masyarakat bagi masyarakat meranti. Ada nilai ekonomisnya disitu yang bisa menguntungkan masyarakat," tutur Ismail. (azw)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait