Peringatan Hari Berdarah Kota Rengat Tampilkan Theaterical

Peringatan Hari Berdarah Kota Rengat Tampilkan Theaterical

RENGAT, oketimes.com- Peringatan hari berdarah kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) yang jatuh pada pada tanggal 5 Januari akan diramaikan dengan theaterical tentang kejadian bersejarah dan berdarah tersebut, pada tahun 2015 ini hari tersebut jatuh pada hari senin (5/1)

Sejak Sabtu, (3/1), disalah satu pinggiran sungai indragiri sudah terlihat 1 unit kapal perang dengan memakai bendera Belanda yang bersandar di kawasan Batu Miring, bawah jembatan Trio Amanah Rengat.

Dalam dramanya nanti Kapal yang dilengkapi dengan fasilitas senjata perang itu akan menurunkan puluhan tentara Belanda yang menyerbu kota Rengat pada Senin, 5 Januari 2015.

"Ada 26 orang yang memerankan sebagai tentara Belanda turun dari kapal tersebut, dan langsung melakukan penyerangan terhadap pemeran sebagai warga di kota Rengat," ujar salah seorang panitia peringatan hari bersejarah 5 Januari, Kapten Arh Mirzam dikonfirmasi, Minggu (4/1).

Dia mengaku bahwa kapal tersebut sengaja dibuat untuk mengulang sejarah 5 Januari 1949 dalam drama kolosal yang diperankan oleh anggota teater Dewan Kesenian Indragiri bekerjasama dengan Kodim 0302 Inhu, pada peringatan hari bersejarah kota Rengat, Senin (5/1).

Untuk diketahui, pada 5 Januari, warga kota Rengat, umumnya masyarakat Kabupaten Inhu akan memperingati tragedi berdarah 5 Januari 1949. Pada peristiwa tersebut, Sungai Indragiri memerah, menjadi saksi bisu keganasan tentara Belanda membunuh ribuan nyawa tak berdosa saat melancarkan Agresi Militer ke II di tanah Indragiri.

Mantan Komandan Markas Bataliyon III, Resimen IV, Banteng Sumatera berpangkat Letnan Muda TNI AD, bernama HM Wasmad Rads dalam bukunya "Lagu Sunyi Dari Indragiri" menuturkan secara jelas tentang peristiwa 5 Januari 1949. Meski sudah tiada, namun buku biografi Wasmad Rads tersebut mampu memberikan gambaran tentang peristiwa berdarah tersebut.

"Hari itu seperti mimpi buruk. Ribuan orang tewas. Sungai Indragiri berwarna merah karena darah. Tentara atau warga ditembak paratroops (tentara Belanda) lalu di buang ke sungai. Lama warga tak mau makan ikan dari sungai karena sebelumnya ada ikan yang ketika dibelah dalam perutnya ditemukan jari mayat," tutur HM Wasmad Rads dalam buku tersebut.

Sebagai Komandan Markas Bataliyon III, Resimen IV, Banteng Sumatera yang berkedudukan di Kota Rengat, Wasmad tahu betul bagaimana peristiwa bersejarah itu terjadi. Hari itu, tanggal 5 Januari 1949, sekitar pukul 06.00 Wib, dua pesawat Belanda jenis Mustang dengan cocor merah di depannya terbang rendah di langit Kota Rengat yang baru diguyur hujan malam harinya.

Dua pesawat itu melayang-layang diantara kerumunan masyarakat yang akan memulai aktivitas. Sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa tentara Belanda akan menyerang Kota Rengat sebagai upaya merebut kembali kekuasannya.

Kecemasan warga segera terjawab. Kedatangan dua pesawat Belanda itu bukan hendak mengantarkan berita baik, melainkan membawa bom yang ditembakkan begitu saja di pasar, jalan raya, rumah warga hingga markas tentara Indonesia. Seketika bunyi bom yang meledak di tanah bersatu dengan pekik histeris warga yang panik.

Dalam hitungan detik, tubuh-tubuh manusia bergelimpangan, sementara darah bercecer dimana-mana. Sejumlah tentara berupaya melumpuhkan dua pesawat dengan menembakkan mortir. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Justru markas tentara Indonesia yang di bombardir oleh Belanda.

Aksi dua pesawat Mustang yang mengebom setiap penjuru Rengat baru berakhir pukul 09.45 Wib. Begitu Pesawat Mustang menghilang dari langit Rengat, muncul kembali tujuh pesawat Dakota yang menerjunkan ratusan pasukan baret merah Belanda atau sering disebut Korp Spesialie Tropen (KST), pasukan terlatih Belanda yang telah mengikuti pelatihan di Batu Jajar, Bandung.

"Konon pasukan ini dilatih langsung oleh Kapten Westerling yang terkenal keji dan kejam. Pasukan ini diterjunkan di daerah Sekip yang berawa-rawa dan selama ini tidak begitu terjaga oleh tentara republik," katanya. (Ali)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait