Surat Utang RI Diprediksi Jadi Primadona
JAKARTA - Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memproyeksikan trend imbal hasil (yield) obligasi bertenor 10 tahun, akan menguat 1,5 persen menjadi 9,5 persen. Kenaikan ini, didorong oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
Direktur Utama IBPA Wahyu Trenggono mengatakan, berbeda dengan trend indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat turun akibat aksi ambil untuk (profit taking kemarin), Indonesia Bond Indexes (Indobex) justru masih terpantau naik.
"Ini menunjukkan kebijakan pemerintah dalam jangka pendek (kenaikan BBM) itu positif. Yang harus kita lihat ke depan adalah tekanan inflasi dan suku bunga the fed," ungkapnya usai peluncuran Indobex di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (21/11/2014).
Selain itu, pasar surat hutang juga diperkirakan tumbuh di level 11 persen hingga 12 persen. Ini berbanding dengan IHSG,yang tumbuh 18,95 persen. Diikuti penerbitan surat utang baru oleh korporat mencapai Rp 60 triliun dari jumlah tahun ini sebesar Rp 35 triliun. "Obligasi korporasi akan tumbuh positif mengingat 2015 kondisi inflasi sudah normal," ujarnya.
Lebih lanjut dia menambahkan, minat investor asing sendiri terutama terhadap obligasi negara masih akan tinggi tahun depan. Indeks obligasi negara naik 11,93 persen sejak awal tahun (year to date/ytd). "Tapi memang yang butuh dicermati adalah mengenai pergerakan nilai tukar rupiah karena investor asing melihat itu," imbuhnya.
Sekadar informasi, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) domestik mencapai Rp 464,18 triliun atau naik 1,19 persen sejak awal pekan di tengah pelemahan ekonomi global dimana pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal-III 2014 terkoreksi 0,4 persen dari setahun sebelumnya.
(mrt/okezone)
Komentar Via Facebook :