Potensi Pariwisata Rohul dibanjiri Pengemis Asal Sumbar dan Sumut
Ilustrasi
Pasir Pangaraian, OKETIMES.COM - Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau, memiliki potensi jadi pusat destinasi bagi penikmat pariwisata. Alasannya, Kabupaten yang dijuluki negeri Seribu Suluk ini memiliki banyak tempat rekreasi tujuan wisata seperti air terjun aek martua, air panas pawan, benteng tujuh lapis dan masih banyak lainnya.
Tak kalah indahnya, yakni bangunan Islamic Center nan menawan, sebagai tujuan wisata religi bagi warga luar daerah. Bahkan, bangunan yang menelan uang APBD Rohul senilai ratusan miliar ini menjadi tujuan wisatawan baik lokal maupun luar daerah setiap minggu.
Namun dibalik itu semua itu, ada sekelumit permasalahan yang seharusnya menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rohul. Beberapa bulan terakhir, selain menjadi tujuan wisata juga menjadi tujuan para pengemis dari luar daerah. Bahkan, para pengemis ini banyak dari kalangan anak-anak.
Ironisnya, para pengemis yang mayoritas berasal dari luar daerah Provinsi Riau ini kian hari kian bertambah. Diduga para pengemis dari luar daerah Provinsi Riau ini kabarnya diorganisir oleh oknum tertentu, tujuannya tak lain guna meraup rupiah.
Catatan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrans) Kabupaten Rohul belum lama ini, sebagian besar pengemis ini berasal dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Sumatera Utara (Sumut).
Adapun kota yang menjadi tujuan utama para pengemis adalah Pasirpangaraian Kecamatan Rambah, Kecamatan Ujungbatu, Kecamatan Tandun, dan Kecamatan Kabun.
Di Pasir Pengaraian, hampir setiap hari ada saja pengemis dengan modus kotak infaq. Mereka berkeliaran di Jalan Tuanku Tambusai dan Jalan Diponegoro. Tanpa segan, mereka mendatangi tempat-tempat usaha masyarakat di pinggir jalan, termasuk warung makan dan kantor instansi pemerintahan.
Beberapa pengemis yang sempat dikonfirmasi riaueditor.com, mengakui mereka lebih senang meminta-minta di Rohul karena masyarakatnya lebih dermawan dari daerah lain.
Keramahan dan sikap dermawan dan suka memberi menjadi `ladang emas` bagi pengemis dari luar daerah dan luar Riau beberapa tahun terakhir.
Seorang pengemis bernama Raydan bahkan mengaku, penghasilan dari meminta-minta di Kabupaten Rohul, bisa mengumpulkan uang antara Rp100 ribu hingga Rp300 ribu per harinya.
Tidak sedikit juga pengemis dari luar daerah yang meminta-minta di Kabupaten Rohul yang masih di bawah umur. Dengan alasan mencari uang untuk menafkahi keluarga, anak-anak ini rela meninggalkan bangku sekolah.
Seperti diakui Tiara. Gadis kecil yang mengaku dari Kecamatan Rambah Samo ini mengakui terpaksa putus sekolah karena orang tuanya tidak punya uang. Meski jalan tertatih-tatih dengan wajah pucat, gadis dengan pakaian lusuh ini hampir tiap hari terlihat di Kota Pasir Pangaraian.
Kepala Disosnakertrans Kabupaten Rohul Herry Islami mengakui dalam mengatasi pengemis pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah asal pengemis.
Ia mengindikasi, ramainya "pasukan peminta-minta" ini teroganisir. Pasalnya, dinasnya pernah mengamankan oknum yang mengorganisir para pengemis, yakni mengantar dan menjemput di tempat yang sudah disepakati setiap hari.
Tidak adanya rumah singgah bagi para pengemis, diakui Herry tentunya menyulitkan pihaknya melakukan penertiban. Kenapa tidak, setelah diamankan, mereka harus dikumpulkan dan diberi pengarahan, sebelum dipulangkan ke daerahnya melalui Pemerintah Daerah setempat. (yah)
Komentar Via Facebook :