Sambut Idul Fitri, Umat Muslim dan Pemuda Katolik Belu Pawai Bersama
Penjabat Bupati Belu Wilhelmus Foni
Kupang- Ribuan umat Muslim di Kota Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan wilayah perbatasan RI-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah dengan meriah, Jumat (17/07/2015). Perayaan diawami dengan salat Idul Fitri di Masjid Raya Al-Mujahidin.
Sebelumnya, pada Kamis (16/07/2015) malam, mereka juga melakukan pawai malam takbiran mengelilingi ibu kota Kabupaten Belu, Atambua. Pawai malam takbir mengelilingi Kota Atambua ini mendapat pengawalan dari personil Kepolisian Polres Belu.
Pawai malam takbiran menyambut Idul Fitri itu dimeriahkan juga kaum muda Katolik yang terlibat aktif dalam pawai tersebut. Pawai ini dilepas oleh Penjabat Bupati Belu, Wilhelmus Foni didampingi Dandim 1605/Belu, Dansatgas RI-RDTL Yonif 514/R, Kapolres Belu, Ketua MUI Belu, Ketua Pengadilan Agama, Kepala Kantor Agama, Ketua PHBI, Ketua Tamir, para imam masjid, serta tokoh ulama Muslim yang berada di wilayah perbatasan.
Pawai yang diikuti ratusan kendaraan roda dua dan empat serta ribuan umat Muslim yang dimulai dari Masjid Raya Al-Mujahidin tersebut berakhir di lapangan sepak bola Kota Atambua. Pawai ini berjalan aman dan lancar.
Ketua MUI Belu, Kaliman Lamarobak mengatakan, rangkaian pawai malam takbiran itu merupakan sebuah proses religius, di mana umat Muslim berpuasa sebulan penuh gunaa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah. " Kegiatan pawai malam itu berjalan lancar, aman dan damai," kata Lamarobak.
Sementara itu, Penjabat Bupati Belu Wilhelmus Foni mengatakan, perayaan Idul Fitri yang dilakukan dengan pawai bersama antara umat Muslim dan pemuda Katolik di Belu merupakan sebuah contoh Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi filosofi bangsa ini, tak terkecuali mereka yang berada di perbatasan Timor Leste tersebut.
Dikatakan, biarpun secara keyakinan mereka berbeda, tetapi mereka tetap satu dalam balutan kebangsaan Indonesia. " Beda keyakinan dan kepercayaan bukan berarti beda segalanya, hanya cara kita menyembah dan memanjatkan doa yang berbeda tapi satu tujuan. Kita di wilayah perbatasan harus hidup aman, damai, dan berdampingan antarsesama umat beragama," ungkapnya.
Ia juga menyerukan agar seluruh umat beragama di wilayah perbatasan bisa menciptakan hidup yang damai dengan penuh cinta kasih. "Kita beragam agama, mari kita ciptakan kedamaian di perbatasan untuk NTT dan untuk Indonesia," minta Wilhelmus Foni.
Ia mengatakan, damainya sebuah kehidupan yakni hidup di antara perbedaan dan penuh rasa kedamaian. Keharmonisan yang telah ada di antara sesama umat beragama harus terus dipupuk dengan cinta kasih. Jadikan semuanya itu sebagai kemitraan sesama umat beragama di daerah ini.
" Jagalah perdamaian di wilayah perbatasan, jaga agar jangan ada serpihan-serpihan yang merusak sendi kehidupan, kedaulatan Indonesia. Jaga kemitraan antaragama dan ciptakan Bhinneka Tunggal Ika sebagai cemin bangsa yang besar," tandasnya.
Sumber: Suara Pembaharuan
Komentar Via Facebook :