Presiden Minta Maaf atas Insiden di Tolikara

Presiden RI Joko Widodo.

Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta maaf atas peristiwa di Tolikara, Papua, yang terjadi tepat pada saat hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat (17/7/2015). Dalam kerusuhan tersebut, terjadi pembakaran rumah, kios, dan mushala.

" Saya atas nama lembaga masyarakat adat Papua dan atas nama Presiden RI memohon maaf kepada seluruh masyarakat Muslim di seluruh Indonesia atas musibah di Tolikara," ujar staf khusus presiden, Lenis Kogoya, dalam jumpa pers di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Sabtu (18/7/2015) siang.

Lenis mengaku telah mengirimkan laporan soal insiden di Tolikara kepada Presiden Jokowi, Jumat malam. Laporan tersebut, kata Lenis, melengkapi laporan dari kepolisian dan TNI.

Rencananya, Lenis akan bertolak ke Tolikara pada 29 Juli 2015 untuk memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Tim khusus juga diterjunkan untuk mempersiapkan mediasi.

" Seluruh rencana saya sudah saya laporkan ke Presiden, termasuk upaya untuk membangun kembali seluruh bangunan yang rusak," ujar dia.

Lani menyesalkan insiden itu. Dia menyebut, baru kali ini ada konflik bernuansa agama di tanah Papua.

" Pengalaman saya sampai detik ini, di Papua tak pernah terjadi konflik agama. Tak pernah sekali pun. Kalau perang suku sering," ujar dia.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Kombes Patrige Renwarin sebelumnya mengatakan, berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kepala Polres Tolikara, insiden pembakaran itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIT.

Saat itu, ratusan warga tiba-tiba berdatangan dari berbagai arah dan melempari mushala. Tak lama berselang, massa lalu membakar mushala dan beberapa rumah serta kios yang ada di sekitarnya.

Ratusan umat Muslim di Karubaga yang sedang melaksanakan shalat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. Puluhan aparat gabungan kepolisian dibantu TNI membubarkan massa dengan melepas tembakan ke udara.

Melihat kedatangan aparat, massa lalu mundur, tetapi terlihat masih berkumpul di beberapa tempat.

Dirjen Bimas Kristen Minta Maaf

Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama Oditha R Hutabarat mengatakan, umat Kristen di Indonesia sangat prihatin atas peristiwa pembakaran mushala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Jumat (17/7/2015) pagi. Terlebih lagi, peristiwa itu justru terjadi pada saat umat Muslim merayakan Idul Fitri 1436 H.

" Atas nama pemerintah, kami mohon maaf atas peristiwa yang melukai hati umat Muslim yang adalah saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air. Kami berharap agar masalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku," kata Oditha seperti dikutip situs Kementerian Agama.

Oditha mengaku bahwa pihaknya sudah menghubungi Ketua Sinode Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) untuk menjelaskan kronologi di Tolikara. Pihaknya juga meminta agar pihak GIDI meminta maaf kepada umat Islam di Indonesia.

" Saya sudah menghubungi Ketua Sinode GIDI agar bisa segera membuat surat penjelasan kronologi kejadian sekaligus pernyataan permohonan maaf kepada umat Islam Indonesia terkait dengan peristiwa tersebut," kata Oditha.

Selain itu, Oditha mengaku juga telah menghubungi Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII). GIDI merupakan anggota PGLII. Oditha meminta agar PGLII bisa bersama-sama melakukan langkah dalam menyikapi persitiwa ini.

Pukul 09.00 WIB nanti, kata Oditha, Ditjen Bimas Kristen bersama PGI akan mengadakan jumpa pers di kantor PGI Salemba.

" Untuk memberikan penjelasan sekaligus menyampaikan permohonan maaf kepada umat Islam," katanya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebelumnya berharap agar aparat kepolisian bisa menuntaskan kasus di Tolikara. Menag tidak ingin kasus itu menjadi preseden buruk.

" Saya berharap kasus Tolikara, Papua, bisa diusut tuntas dan diproses hukum agar tak menjadi preseden buruk di kemudian hari," kata Menag lewat akun Twitter-nya @lukmansaifuddin.



Sumber: Kompas.com


Tags :berita
Komentar Via Facebook :