Ditenggarai Proyek Waduk PDAM dan Gedung Sekolah SMA Plus, Kini Jalan Desa Wonosari Rusak Parah
Kondisi Jalan Desa Wonosari tepatnya di Jalan Wonosari Tengah Ujung, Kecamatan Bengkalis rusak parah.
BENGKALIS, Oketimes.com - Masayarakat yang bermukim di Desa Wonosari tepatnya di jalan Wonosari Tengah Ujung, Kecamatan Bengkalis terpaksa harus menanggung dampak proyek yang dilaksanakan tahun anggaran 2014 lalu, yakni proyek Waduk PDAM dan Gedung Sekolah SMA Plus.
Pasalnya, jalan yang dilewati kendaraan keluar masuk dengan mengangkut matrial bangunan untuk kedua proyek tersebut mengakibatkan hancur dan kini sudah sulit untuk di lewati warga mencapai 1 km, sebab bobot matrial yang diangkut kendaraan tersebut melebihi tonase kemampuan ketahanan jalan.
Perusahaan yang membangun dua jenis proyek dengan melewati satu jalur jalan pemukiman yang hanya lebarnya 1,5 meter dengan ketebalan jalan diperkirakan 15 cm itu, yakni PT. Penampi Windu Sentosa yang melaksanakan Proyek SMA Plus, sedangkan proyek pembuatan bendungan PDAM dilaksanakan PT. Dian Karisma Kencana.
Menurut warga setempat, Tugiman,sabtu (07/02), bahwa kerusakan jalan tersebut disebabkan adanya dua proyek ditahun 2014 lalu, sedangkan sebelumnya jalan tersebut masih tetap bagus dan rata, dan akibat setiap hari dilalui kendaraan berat dengan mengangkut patrial bangunan saat proyek dilaksanakan 2014 lalu, akibatnya jalan banyak berlubang dan sulit di lalui.
"Katanya kedua perusahaan itu mau bertanggung jawab untuk memperbaiki jalan yang rusak ini, tapi ternyata sampai masuk tahun 2015 dibulan Januari belum juga ada tanda tanda mereka mau memperbaiki, kayaknya kami sebagai warga yang menggunakan jalan ini yang merupakan jalur satu satunya menuju kota Bengkalis, sudah dibohongi kontraktor, janji mereka hanya tinggal janji saja," ungkap pria berumur setengah Abad dengan panggilan akrabnya bangong ini.
Ungkap warga tersebut, senada yang disampaikan, Kepala Desa (Kades) Wonosari, Kecamatan Bengkalis Suswanto, bahwa persoalan jalan rusak akibat adanya dua proyek tersebut sudah menerima laporan dari warganya, tapi setelah ditindaklanjuti pada pihak kedua Kontraktor hingga kini belum ada respon samasekali.
"Memang pada saat proyek masih berjalan, kita dari pihak Desa telah melakukan rapat bersama dengan para kontraktor, konsultan perencana dan pengawas dan juga dihadiri warga setempat, dan dari hasil rapat itu, kontraktor sepakat akan memperbaiki jalan yang rusak akibat dilalui kendaraan mengangkut matrial," terangnya.
Tapi, lanjutnyaan dalam rapat itu, kontraktor beserta pengawas proyek tidak mau membuat berita acara dan bahkan tidak mau menandatangani sebagai bentuk konsekuensi janjinya, sehingga kami sebagai pemangku dan warga desa sudah nerasa dipecundangi oleh kontraktor, sedangkan jalan yang rusak akibat kedua proyek tersebut mencapai 1 km dan bila dilakukan perbaikan kembalikan sediakala, maka kurang lebih mencapai 5 ratus juta rupiah.
"Jadi sebenarnya siapa yang berani tanggung jawab atas kerusakan jalan tersebut, sedangkan kedua kontraktor telah membohongi kita, jalan jelas sudah rusak parah dan kami menuntut pada kontraktor untuk mengembalikan jalan yang rusak itu seperti sedia kala sebelum dilalui kendaraan berat mengangkut matrial," runtuk Kades Suswanto.
Terkait persoalan ini, Direktur PT. Dian Karisma Kencana, bernama Alai yang melaksanakan proyek bendungan PDAM, ketika dihubungi mengakui bahwa jalan yang dilalui kendaraan mengangkut matrial proyeknya berakibat rusak berat dan pihaknya tetap bertanggung jawab dan diakuinya juga telah melakukan menimbunan jalan berlubang berulang kali.
"Tapi, kendaraan yang melewati jalan yang saat ini jadi rusak itu kan bukan hanya kendaraan mengangkut matrial proyek saya, tapi juga proyek Gedung Sekolah dari kontraktor lain, jadi tidak adil kalau hanya perusahaan kami yang bertanggung jawab, kita harus sama samalah menanggung tanggung jawab untuk memperbaiki jalan yang rusak itu," tutur Alai di ujung telpon.
Sayangnya, Direktur PT. Penampi Windu Sentosa bernama Ono, sudah berulang kali dihubungi melalui telpon genggamnya tidak mau mengangkatnya, bahkan dikonfirmasi melalui pesan singkat juga tidak mau membalasnya, sehingga dengan sikap Direktur seperti ini, dapat disimpulkan, bahwa dirinya tidak ada rasa tanggungjawab sebagai kontraktor yang berani menang resiko dan konsekuensinya.
Peristiwa ini, merupakan salah satu contoh gambaran kecil yang sering terjadi setiap ada pekerjaan proyek yang ada di Kabupaten Bengkalis, dan apabila hal seperti ini terus terusan terjadi pada proyek yang lainnya, maka setiap ada satu proyek dilaksanakan harus mengorbankan kepentingan lainnya.
Jadi, dalam hal ini siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, Konsultan perencanaanlah, kontraktorkah atau dinas terkait, atau mungkin yang memberikan kebijakan, sebab akibat proyek baru, yang dikorbankan infrastruktur lainnya benar benar rusak dan harus diperbaiki dengan biaya yang tidak sedikit. (dri)
Komentar Via Facebook :