Prihatin Dituding Cabe-cabean, Ade Hartati Kunjungi Keluarga WA

Ade`Hartati dan rombongan saat mengunjungi rumah keluarga WA.

PEKANBARU, oketimes.com- Turut prihatin terhadap permasalahan dunia pendidikan seperti yang menimpa WA (14) siswi kelas IX-3 SMP Negeri 29 Rumbai. WA dituding sekolah terlibat `cabe-cabean` hingga dikeluarkan dari sekolah.

Merasa tidak melakukan hal negatif seperti yang dituduhkan sekolah pada dirinya, WA kemudian tertekan jiwanya (depresi) dan jatuh sakit hingga mengalami kelumpuhan.

Guna mengetahui kejadian sesungguhnya, anggota DPRD Provinsi Riau dari partai PAN, Ade Hartati bersama Rumpun Perempuan Peduli Anak Riau (Rupari), Helda dan timnya mendatangi kediaman keluarga WA di jalan Sekolah, Rumbai, Sabtu (22/11).

Merry (39) ibunda WA menjelaskan kisah duka yang dialami anaknya. Pihak sekolah menuding WA berbuat tak senonoh (asusila) atau cabe-cabean, melakukan seks bebas di oplet bahkan sampai ke semak-semak, dan melakukan oral berupa hujatan yang tidak pantas. Sejak 2 September kemarin WA dikeluarkan dari sekolah, dengan modus pihak sekolah memaksa orang tua untuk menandatangani surat pindah.

"Saat saya dipanggil sekolah, disana saya dihujat hingga akhirnya sekolah menuduh WA cabe-cabean. Hal itu diungkapkan langsung oleh Wali kelas WA," sebut Merry kepada Ade Hartati dan rombongan.

Usai menuduh WA melakukan perbuatan senonoh, sekolah mengarahkan untuk menandatangani surat pindah yang sudah dipersiapkan sekolah.

"Saya sempat menyangkal dan menolak surat pindah yang diajukan sekolah. Namun ketika itu sekolah bersikeras dengan alasan berbagai hal. Sekolah menegaskan kepada saya `WA harus keluar supaya tidak memalukan nama baik sekolah` Dengan bingung dan kaget surat pindah itu terpaksa saya tandatangani," jelas Merry.

Supriadi, Ayah WA merasa tidak terima sekolah telah mengeluarkan WA secara sepihak seperti itu, Ia pun mendatangi sekolah dan mempertanyakan dasar tudingan sekolah dan kenapa hingga WA dikeluarkan dari sekolah.

"Setelah saya datangi, pihak sekolah akhirnya tidak jadi memindahkan WA tapi hanya diberi sanksi skor selama 4 hari. Dari skor yag dilakukan sekolah itu WA merasa tertekan hingga WA mengalami kelumpuhan. WA depresi dengan masalah yang dialamiya dan harus menanggung malu pada perbuatan yang tidak dilakukannya," tegas Supriadi.

Atas tindakan sekolah terhadap WA dan dengan terganggunya psikologis WA, orang tua WA jadi khawatir dengan masa depan dan kondisi WA. Keluarga menuntut sekolah memulihkan nama baik keluarganya terutama nama baik WA.

"Anak saya maunya Wali kelasnya juga keluar dari sekolah itu, dan sekolah memulihkan nama baik WA. Saya mau kondisi WA normal seperti biasa lagi. Saya juga minta pihak sekolah minta maaf dan diberi sanksi," pinta Supriadi. (eza)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait