Melawan Lupa
Polisi Pejuang Sejati 1942-1945 Riau, Tolak Bintang Gerilya

Kombes Pol (Purn) H. AMIR HOESIN ATTAN (Alm), Polisi Pejuang dan Komandan Pront Kuok, Mantan Danres/ Kapolres Inhu/Inhil dan eks Aspri Kapolda Riau 1975.
JAS MERAH
Bapak Bangsa Indonesia Ir. SOEKARNO Presiden RI Pertama kali berpesan, kalau ingin jadi Bangsa Yang Besar, jangan sekali-kali lupakan Jasa Mereka (pejuang). Yang telah mempersembahkan darma bakti untuk Indonesia Negara Tercinta.
Masih terkenangkah kita Dua negeri Kecil yang bernama Pulau Gadang dan KUOK….??? Saat menjelang datangnya upacara Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ini, kita SELALU menyaksikan adanya pemberian Gelar Pahlawan dan Pejuang kepada seorang warga Negara Indonesia oleh Pemerintah Baik Pusat dan di Daerah, karena di pandang telah berjasa dalam Upaya merebut Kemerdekaan dan mempertahankan Kedaulatan Negara Tercinta dari serangan Tentara Penjajah pada perang Agresi I dan II.
Masihkah kita kenang dan ingat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, tepatnya pada Agresi II, Tentara Belanda ke daerah Keresidenan Riau 73 tahun yang lalu, pada hari Natal Tahun 1948, tentara Belanda mulai menyerang Kota Pekanbaru dan sekitarnya dengan mengerahkan 3 buah kapal terbang. Membombardir Simpang tiga dan Senapelan..???
Akibat dari serangan ini maka rombongan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang datang dari Halaban PRESIDEN DARURAT RI, Mr Syarifuddin Prawiranegara, Mr T M Hasan dan lain-lain) pada tanggal 28 Desember Tahun 1948, terpaksa membatalkan rencana kepergiannya ke Pekanbaru dan membelokkan arah tujuannya ke Teratak Buluh, Sungai Pagar dan Talukkuantan.
Begitu pula dengan pasukan TNI/AD dan Mob-Brig telah mengundurkan diri melalui rute Simpangtiga, Teratak Buluh, Lipat Kain, Pulau Gadang, Muara Mahat dan terakhir sampai di Batu Bersurat. Pemerintahan sipil dan anggota Keresidenan Riau mengundurkan diri ke arah Pantai Cermin (Tapung Kiri).
Guna melanjutkan perjuangan (Perang Gerilya) melawan tentara Belanda, di Keresidenan Riau telah ditunjuk Mayor Akil Prawiradirja sebagai Komandan. Selanjutnya telah dibentuk 4 Pasukan (mobile trove) tediri.
Pasukan I, Komandannya Kapten AD. Arifin Ahmad membawahi daerah Pekanbaru, Sungai Apit dan Siak. Pasukan II, Komandannya Inspektur Polisi Tk. I Humala Silalahi membawahi daerah Bangkinang kuok, Muara Mahat. Pasukan III, Komandannya Kapten AD, Iskandar Martawijaya membawahi Bengkalis dan daerah pantai timur Pulau Sumatera. Pasukan IV, komandannnya Kapten Marah Halim membawahi Rengat, Taluk Kuantan dan Tembilahan.
Sebelum bulan Maret tahun 1949, Pasukan II (Mobile Trove II) telah berhasil menyusun formasi pasukan sebagai berikut:
Pimpinan pasukan, Inspektur Polisi TK I Humala Silalahi (Mob-brig), Wakil Pimpinan pasukan adalah Inspektur Polisi TK II Toegimin (Polisi Umum) dengan Komandan Peleton terdiri dari: Pembantu Inspektur Polisi TK II Amir Hoesin Attan (Mob-brig), Pembantu Inspektur Polisi TK II Saidi (Mob-brig) dan dari Angkatan Darat Lettu Abdul Muis).
Sedangkan dari pejuang-pejuang lainnya, adalah Komandan Pangkalan Gerilya (KPG) Batu Bersurat Dt Bandarao Sati dan Wali Perang Moh Saleh, Markas Gerilya Pasukan II untuk pertama kalinya dipilih diatas terowongan Rantau Berangin yang saat itu, merupakan hutan lebat.
Selanjutnya dibahas secara bersama dengan mempelarjari dan mempertimbangkan aspek strategis terhadap letak lokasi dari Markas Gerilya dari Pasukan II yang pada akhirnya dipindahkan ke Pulau Gadang, yaitu berlokasi di Kampung Masjid yang terletak di seberang Sungai Batang Kampar Kanan.
Secara sukarela rakyat dari Pulau Gadang menyerahkan rumah mereka. Markas Komando dipakai rumah Wana, rumah Tunin sebagai dapur umum, rumah Kayo sebagai Dt Pasih, Saoyah Nurdin, Sayang, Tamanin, Mandau Mila, Bahar dan rumah Madamai yang digunakan untuk keperluan menunjang pasukan II).
Penyerangan Markas Belanda di Kota Bangkinang
Pada 9 Maret 1949, Pasukan II sesuai rencana bergerak meninggalkan Pulau Gadang untuk melakukan serangan ke Kota Bangkinang dngan strategi sebagai berikut: Peleton I, dipimpin oleh Lettu Abdul Muis (Keua LVRI Kabupaten Kampar) dan Amin Ruskan bersama pejuangpejuang yang dipimpin oleh KPG. Abdul Latief Dt Bandaro Sati, Wali Perang Moh Saleh, menyerang dari arah seberan jalan raya Bangkinang.
Peleton II dan III, dipimpin oleh PIP TK II Amir Hoesin Attan dan PIP TK II Saidi, menyerang dari arah Kampung Gadang (Sebuah Desa terletak di seberang Sungai Kampar sebelah kanan Bangkinang) sampai ke tempat tujuan. KPG H Moh. Amin (Perintis Kemerdekaan) dan Arifin Ruslan dari Kuok (mantan Ketua DPRDGR kabupaten Kampar) menyerang dari arah Air Tiris.
Atas Keberhasilan Pasukan II dalam merebut Kota Bangkinang yang merupakan bentuk perwujudan kemanunggalan ABRI dengan rakyat, maka Pasukan II ini, mendapat julukan Heroik yakni “Pasukan HARIMAU KAMPAR”.
Untuk mengenang peristiwa terjadinya pertempuran dan penyerangan Kota Bangkinang semasa Agresi II Belanda Tahun 1948 – 1949 di keresidenan Riau, maka atas Prakarsa dari mantan Kapolda Riau Brigjen (Pol) GV. Soedadi, Ketua DPRD Riau (Alm) Kolonel (Inf) H Masnoer, Satuan Brimob Polda Riau dan dukungan dari Bapak Bupati Kampar serta Mantan Pejuang-Pejuang Pasukan II, Bapak Humala Silalahi, Amir Hoesin dan Abdul Muis.
Maka pada : Peringatan Hari Bhayangkara ke 39 Tahun 1985 (37 Tahun yang lalu) telah mengadakan "Napak Tilas" Pasukan II Harimau Kampar, yang diikuti kurang lebih 300 orang peserta, yang berasal dari unsur TNI AD, Batalyon 132 Bima Sakti, TNI AU Lanud Rosmin Nurjadin Pekanbaru, Brimob 5131, Menwa Polsus Kehutanan, Hansip, Korpri Kampar dan generasi muda yang diwakili Pramuka dan KNPI Riau.
Membuat Buku Sejarah Perjuangan Pasukan II, semasa Perang Kemerdekaan II/Agresi ke II (semasa Perang Gerilya tahun 1948/1949). Mengabadikan Nama Harimau Kampar sebagai Nama Lapangan tembak Satuan Brimob Polda Riau.
Kombes Pol (Purn) H. AMIR HOESIN ATTAN (almh), Kelahiran Tembilahan Indragiri Tahun 1922, Dianugrahi 12 (Dua Belas) Penghargaan dari Pemerintah Indonesia atas Kesetiaan (POLISI JEPANG menjadi Polisi Indonesia) dan Pengabdiannya kepada Bangsa dan Negara tercinta Selama 30 Tahun Cermin dari sosok kepribadian “POLISI PEJUANG”, dan “POLISI SEJATI” yang Memulai Tugasnya menjadi POLISI JEPANG, sebagai Kasi Aliran Masyarakat bersama dengan Brigjen Pol TOEGIMIN (alm) bertugas di Kantor Polisi Jepang dari Tahum 1942 – 1945 di Pekanbaru, sekarang menjadi Kantor Kapolresta Pekanbaru.
Kemudian Bersama‘-sama Toegimin, Amir Hoesin Attan, Margo dan lain-lain yang Simpati Pengumuman Kemerdekaan Republik Indonesia, Memberanikan diri pada hari Kedua di Pekanbaru (setelah Pengibaran Merah Putih pertamakali di Kantor PU), bertempat di Kantor Pilisi Jepang Mengadakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih.
Dimana pada Saat ltu, Masih ada Komandan dan Pasukan Polisi Jepang yang bertugas. Dengan beraninya Gunco Bucho Toegimin dan Amir Hoesin Attan melapor dan menjelaskan bahwa Indonesia Sudah Merdeka Sebagai bentuk Kegembiraan di lakukan Upacara Pengibaran Merah Putih.
Semasa awal Kemerdekaan, Amir Hoesin Attan satu angkatan dengan Mantan Gubernur Riau Arifin Ahmad, Btigjen Pol, Toegimin, Kolonel TNI AD. Imron Suherman, mantan Ketua Dewan Harian Angkatan 45 Riau, Kolonel TNI AD Masnoer mantan Bupati Inhu dan Letkol Hasan Basri, mantan Komando Pangkalan Geriliya (KPG) Riau.
Brigjen TNI AD, Aripin Ahmad mantan Gubernur Riau, Pernah Penasaran dan Marah sekali, Atas Penolakan jadi BUPATI INHU dengan berkata, Mir.., engkau ni Manusia Bukan..? Ku kasih engkau malah tak mau.!
Komandan Pront Kuok, yang Tergabung kedalam Pasukan II HARIMAU KAMPAR, ini bukti kecintaannya kepada masyarakat dan daerah Kuok tempat ia berjuang dengan menyunting seorang Wanita Bernama Rohana, Adik dari KPG. Kuok, Bapak Arifin Ruslan).
Sedangkan ROHANA adalah Ketua Dapur Umum Pasukan Umum bersama Ibu RASHIDA. Pejuang Suami Istri ini, meninggal dan dimakamkan di Perkuburan umum Kuala Tungkal Jambi.
KEBERSAMAAN INI, menandakan Bukti Kesetiann kepada seorang Istri yaang telah Berjuang Bersama dalam mempertahankan Kedaulatan Negara Indobesia tercinta.
Pribadi Seorang Pejuang SEJATI, ditunjukkan dengan Sikap yang Tulus dan Ihlas dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, Menolak BINTANG GERILYA.
Kejadian ini di ceritakan dan di saksikan serta ditanyakan oleh putranya yg bernama Abdi Amir, langsung Kepada Orang Tuanya saat menjabat DANRES Kepolisian 406 Tembilahan Inhil Riau.
Isi dalam dialo tersebut berbunyi sebagai berikut: Anak : Kenapa Formulir yg dikirim Teman Seperjuangannya Bernama Letkol TNI AD, (Purn) HASAN BASRI, untuk Pengajuan BINTANG GERILYA di Buang….? Padahal pemberian Bintang Gerilya Penghargaan Negara yang Tertinggi bagi Pejuang yang Pernah berjuang dalam perang AGGRESI I DAN II Melawan Tentara Belanda……???
Ayah : Nak Ayah, Berjuang bukan untuk Dapatkan Bintang, Ayah tidak MEMOHON dengan mrngisi Formulir untuk mendapatkannya. Kalo Negara ini mau kasih, kasih sajs jangan Pejuang Memohon.
Anak : Kenapa Ayah tidak mau urus Surat Kelakuan Baik dari Polisi, sebagai salah satu Syarat….???, Karena Ayah Sekarang ditugaskan Negara sebagai Komandan Resort Kepolisian 406 Inhil, Masak Polisi Terangkan bahwa Polisi baik atau Tidak.!.
Yang Sangat berkesan dihati, dari seorang Ayah bahwa Seorang Pejuang Sejati, Polisi Pejuang, berpesan Ayah Meninggal Makamkan AYAH Tidak di MAKAM PAHLAWAN, karena keluarga nanti susah untuk berziarah.
Upaya Mewujudkan Monumen JUANG HARIMAU KAMPAR
Sejak dari Tahun 1985 sampai kini tahun 2022, Berbagai Upaya sudah pernah Dirintis, antara lain dalam semasa Gubernur H.M Rusli Zainal, sudah dianggarkan pada APBD melalui Biro Perlengkapan Setda Provinsi Riau Tahun 2013 (Pagu Anggaran sebesar 1 Milyar), dibatalkan oleh Gubernur Penggantinya dengan merencanakan Jumlah yang lebih besar, namun tidak terwujud sampai kini.
Mengupayakan tanah hibah untuk Pembangunan Monumen Juang dari Wali Desa Empat Balai (Muslim) dan Ninik Mamak, Serah Terima Surat Tanah di Kantor Dansat Brimob Polda Riau Pekanbaru, yang dihadiri oleh Kombes Pol Prada Panuju, Koordinator Pembangunan Ir. ABDI MP, Ketua Masyarakat Kuok Pekanbaru Prof. Yusril Munaf, DR Nurhamin (Mantan Ketua KPU Riau) Tabrani Mantan Camat Siak Hulu T. Arianto PPM, Ucok Renan dan Ihsan dari Putra Putri Purnawirawan Polri.
Arahan dari Kapolda Riau, agar datang berkonsultasi dengan Karo Hukum soal desain dan luasan tanah Monumen Juang Harimau Kampar, agar bisa mendatangkan ke Kuok atau tempat lokasi KTN, agar Bapak Kapolrii nantinya bersedia melakukan Peresmian MONUMEN JUANG.
Menindak Lanjuti arahan Bapak Kapolda Riau semasa dijabat Irjen Pol Zulkarnaen,
Foto dengan KAPOLDA Riau. BUKU SEJARAH PERJUANGAN POLRI.
Kunjungan Dansat Brimob ke Kantor Wali Desa Empat Balai di Kuok dan Dialoh Dengan Masyarakat, didampingi oleh Plt. Sekda Kampar dan Anggota DPRD Kampar dari Partai Golkar AGUS Chandra, serta dari Putra Putri pejuang POLRI. Riau.
Mengucapkan Terima Kasih Atas Aprisiasi dan Respon dari Bapak KAPOLDA Riau, terutama dari PEMDA Kampar dibawah pimpinan Bapak Pj Bupati Kampar DR. H KAMSOL dan Dinas PUPR Kampar AFDAL ST, yang sudah membuat dan pengusulan Anggaran Perencanaan Gambar Monumen dan Biaya Penimbunan dan Pemadatan Tanah dalam ANGGARAN APBD KAMPAR Tahun 2023.
Melanjutkan Rencana Pembangunan MONUMEN JUANG 'HARIMAU KAMPAR', guna mewariskan Semangat Juang kepada GENERASI PENERUS bahwa :
1. BANGKINANG pernah Jadi IBUKOTA - PDRI.
2. Keberhasilan Merebut dan menduduki Markas Tentara Belanda lebih dari 2 Minggu, Telah membuka mata International dan mendapat Perhatian dari PBB dengan Mengutus KOMISI TIGA NEGARA (KTN) ke KUOK.
3. PERUNDINGAN KTN yang diwakili oleh, Negara AMERIKA SERIKAT (sebagai Penengah), AUSTRALIA (Mewakili Indonesia) dan Belgia (Mewakili Belanda), guna melakukan Perundungan Damai bertempat di SD Rayat Empat Balai sehingga tercapai Gars Batas Wilayah Indonesia dan terlaksananya GENCATAN SENJATA. Utusan Pemerintah RI diwakilkan kepada;
- Mayor TNI AD, AF LANKEY,
- Inspektur Polisi Tk I. Humala S.
- Pembantu Inspektur Polisi, Amir Hoesin Attan. Komandan Pront Kuok
Penutup
Mengapa KTN, jauh jauh harus datang ke daerah Kuok, ..???, ini lah Jawabnya: “MERAH PUTIH” yang MASIH BERKIBAR DAN BERDAULAT di Republik Indonesia (Sumatra dan Jawa sudah dikuasai oleh Belanda pada Agresi ke II 1949).
Adakah di Hati, Kecintaan dari Pemimpin Riau dan Kampar, untuk MELESTARIKAN Satu PERISTIWA SEJARAH yang TERLUPAKAN...???
HARUSKAH SEJARAH EMAS, dan Peristiwa ini yang tak kan Pernah Terulang Lagi, menjadi Hilang Ditelan Masaaaa ..???
Yogyakarta, 9 Agustus Tahun 2022
Penulis oleh : Ir. H. Abdi.H. MP, Sekretaris I PD Garuda KPP - RI Riau.
Sumber : Buku Sejarah Peran Kepolisian RI, dalam Kemerdekaan RI Tahun 1945 – 1985, Tim Penyusun Sejarah Polda Riau 85. Menegakkan Merah Putih di Pekanbaru oleh Hasan Basri.
Komentar Via Facebook :