RHL Jemput Ispirasi

BPDASHL Indragiri Rokan Kunjungi Agrowisata Lengkeng Matanaga

Desmantoro Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) BPDASHL Indragiri Rokan, saat melakukan kunjungan ke Agrowista Lengkeng Matanaga milik Pak Sumarju atau yang biasa disapa Marju di Desa Pulau Birandang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, pada Kamis, 1 April 2021.

Kampar, Oketimes.com - "Berburu ke padang datar dapat rusa belang di kaki, berguru sungguh untuk belajar kepada siapa pun pastilah jadi".

Ungkapan tersebut diutarakan Desmantoro Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) BPDASHL Indragiri Rokan, saat melakukan kunjungan ke Agrowista Lengkeng Matanaga milik Pak Sumarju atau yang biasa disapa Marju di Desa Pulau Birandang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, pada Kamis, 1 April 2021.

Kunjungan Seksi BPDASHL Indragiri Rokan ke kebun Lengkeng seluas 2 hektar (Ha) itu, guna mencari tahu kiat keberhasilan Pak Marju dalam mengembangkan "Hutan Lengkeng" miliknya.

"Kunjungan ini dilakukan untuk melihat, mendengar, dan mendokumentasikan langsung cuplikan keberhasilan Pak Marju dalam membangun "Hutan Lengkeng". Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi dan dapat diduplikasi dalam pelaksanaan kegiatan RHL di wilayah kerja BPDASHL Indragiri Rokan", tutur Desmantoro.

Pak Marju menjelaskan, uji coba mandiri yang dilakukan secara kontinue lelaki setengah baya tersebut, melalui praktik persilangan, okulasi, sambung susu, modifikasi pupuk dan pemeliharaan, berhasil mendapatkan varietas terpilih dari berbagai macam varietas lengkeng yang ada.

Sehingga hampir kesemua varietas yg dikembangkan memiliki cita rasa manis yg khas, daging buah yang tebal, dan biji yang relatif lebih kecil ketimbang buah lengkeng yang umum kita jumpai di pasar.

Dari sisi ekonomi, Pak Marju mengatakan, dalam satu tahun, perpohon lengkeng miliknya bisa menghasilkan buah lengkeng berkisar 50 sampai 150 kg, tergantung dengan variates atau jenisnya. Bukan hanya buah, dari penjualan bibit juga dapat menambah income.

"Jika dihitung harga lengkeng saat ini Rp 30.000/Kg, maka dalam satu tahun dengan luas 2 Ha, menghasilkan sekitar Rp 500 juta, belum lagi penjualan bibit dengan harga Rp 50.000/batang. Tentunya jika ditekuni dengan serius hal ini bisa menjadi peluang income yang besar bahkan menjadi penopang ekonomi", ucapnya.

Terkait dengan pemasaran, Majur mengatakan, selama ini tidak ada kendala masalah pemasaran, sebab permintaan dari konsumen terus berdatangan, bahkan diakuinya, ia sering keteteran untuk memenuhi permintaan yang ada.

Sebagai komparasi, ia menyampaikan, dalam luasan dan tempo yang sama, budidaya lengkeng jauh lebih menguntungkan secara ekonomi dan ekologi ketimbang budidaya kelapa sawit.

"Dari lahan lengkeng 2 hektar tersebut, setiap tahunnya minimal menghasilkan 500 juta, kalau kelapa sawit silahkan dihitung sendiri berapa hasilnya selama setahun dengan luasan yang sama. Ketekunan dan pemeliharaan yang intensif menjadi kunci sukses utama", katanya.

Keberhasilan Majur dalam mengembangkan kebun lengkeng dan jenisnya selaras dengan program Kementerian LHK yang sudah dilaksanakan sejak 2019 yang lalu, dimana Kementerian telah menggagas berbagai perbaikan (corrective action), termasuk dalam komposisi jenis tanaman.

"Bila dulu proporsi tanaman kayu lebih dominan dan sifatnya wajib, sekarang dimungkinkan untuk lebih banyak tanaman MPTS-nya (Multi Purposes Tree Species) yang akan diambil manfaat non kayunya", ungkap Desmantoro.

Adapun tujuan tanaman MPTS ini guna memberi rangsangan kepada masyarakat untuk tertarik menanam dan memelihara, sehingga, memperoleh manfaat ekonomi dari hasil hutan non kayu, sementara pohon (kayu) nya tetap terjaga dan berfungsi melindungi sistem tata air dan sistem penyangga kehidupan lainnya.

"Dengan meningkatnya minat atau ketertarikan masyarakat untuk menanam dan memelihara, maka capaian keberhasilan RHL akan semakin meningkat", ujar Desmantoro.

Lanjutnya, dengan keberhasilan Pak Majur, ini bisa menjadi shiocase atau contoh untuk diperlihatkan kepada masyarakat sehinga masyarakat menjadi tertarik untuk beralih ketanaman yang dapat menjaga alam khususnya tanah.

"Masyarakat kita saat ini, akan terpacu untuk mau ikut jika sudah melihat potret nyata keberhasilan sebagaimana yang dicontohkan oleh Pak Majur, dan kami berharap keberhasilan itu dapat diterapkan dalam pelaksanan pembagunan model-model RHL", ungkapnya.

Soekatno salah satu personel seksi RHL yang ikut dalam rombongan, mengatakan besyukur karena di akhir purna tugasnya mendapat inspirasi baru dan berharap kedepannya program RHL bisa lebih menarik dan didukung oleh masyarakat.

"Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan melihat contoh keberhasilan penanaman yang dilakukan secara mandiri oleh petani. Saya berharap contoh yang baik ini bisa diadopsi dalam program-program RHL yang difasilitasi oleh BPDASHL Indragiri Rokan", pungkas Pak Seokatno yang memasuki masa purna tugas tanggal 1 April 2021.

Terakhir, Soekatno mengatakan jika tertarik memperdalam pengetahuan tentang bercocok tanam sambil menikmati lengkeng legit dan manis? Mari berguru dengan Pak Marju.***


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait