Praktek Mandiri Wirausaha Dekranas di Pulau Talise Likupang

Kelompok latihan membuat kerajinan tangan itu ada tujuh kelas, salah satunya khusus Kelas Relief di Ketua Kelas Rifkianto bersama dengan dua puluh satu rekannya di Pulau Talise desa Tambun, berjarak satu jam perjalanan dari pelabuhan Likupang, Minahasa Utara, Rabu (20/10/2020). Sedangkan kelompok cetak relief rumah adat dan bingkai dengan pelatihannya di pandu oleh Norianto.

Manado, Oketimes.com - Praktek membuat kerajinan tangan dilaksanakan lebih lanjut oleh para peserta yang telah mengikuti Pelatihan Wirausaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang bersinergi dengan DWP Kemenhub dan Kementerian Pendidikan Nasional.

Kelompok latihan membuat kerajinan tangan itu ada tujuh kelas, salah satunya khusus Kelas Relief di Ketua Kelas Rifkianto bersama dengan dua puluh satu rekannya di Pulau Talise desa Tambun, berjarak satu jam perjalanan dari Pelabuhan Likupang, Minahasa Utara, Rabu (20/10/2020). Sedangkan kelompok cetak relief rumah adat dan bingkai dengan pelatihannya di pandu oleh Norianto.

Sebelumnya, pada saat pelatihan telah membekali Rifkianto dengan teman-temannya yang putus sekolah, untuk dapat menjadi Enterpreneurs bidang Ekowisata.

"Kami berkumpul hari ini di rumah salah satu guru SMK Negeri 2 Likupang Barat, yakni pak Sumaryo Tompo, SPd. Dengan jumlah dua puluh dua orang termasuk saya. Dari tiga puluh orang yang telah mengikuti pelatihan Wirausaha Dekranas," ujarnya saat diwawancarai jarak jauh oleh Pentak Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi Manado.

Dijelaskan Rifkianto bahan praktek yang digunakan adalah bonus yang diberikan oleh pihak panitia dan cukup tersedia untuk membuat kerajinan tangan relief.

"Kami berencana untuk mengirimkan hasil ini ke pihak Manajemen Hotel Lameri Likupang untuk dapat dipasarkan kepada turis yang menginap di Hotel Lameri," pungkas Rifkianto.

Sementara itu, Sumaryo Tompo, SPd selaku Pendidik dan Pengajar, menyatakan harapannya bahwa dengan melalui pelatihan serta melalui praktek langsung di rumah, berharap akan menghasilkan wirausahawan baru yang dapat menghapus stigma putus sekolah.

"Bantuan modal awal sangat kami harapkan dari pemerintah, sehingga ilmu yang ada dalam diri anak-anak ini, dapat membuahkan hasil dan berlangsung berkesinambungan," ucapnya melalui pembicaraan telpon meski jaringan telekomunikasi seringkali bermasalah.

Sedangkan peserta Freddy Kabahing dari (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Pasong, saat dihubungi via telepon mengatakan bahwa kelasnya kekurangan bahan praktek berupa aluminium plat 02.

Tiga puluh orang termasuk dalam kelompok dua, yakni kelompok pembuatan ornamen kayu menggunakan kayu dan batok kelapa dan gantungan kunci dengan Pelatih Susanto.

"Alat cetak yang bertuliskan Likupang Indonesia sudah ada pada kami, hanya saja bahan aluminiumnya yang kurang. Saya sudah sampaikan kepada rekan-rekan sekampung saya, jika mereka serius, ayo bersama-sama memulai usaha ini sambil mengumpulkan uang dua puluh ribu rupiah per-orang untuk beli aluminium," ungkap Freddy.  

Selain itu, dia juga ingin perlu alat-alat pembuatan cendramata dari batok kelapa. Hanya saja masalahnya, dana yang tersedia tidak mencukupi untuk membelinya. Kalau soal bahan baku, daerahnya banyak sekali bahan bakunya batok kelapa.

"Padahal, sudah ada pesanan dari Resort Lameri sebanyak lima puluh gantungan kunci, sejujurnya kami tidak punya modal awal," sebut Ketua Kelas yang selesai mengurus SKCK untuk keperluan menjadi Petugas Security.

Diutarkan Freddy untuk pelatihan kerajinan tangan batok kelapa sangat sempit waktunya saat praktek, sehingga dirinya berharap kepada panitia untuk dapat memperpnjang waktu pelatihannya.

"Seandainya waktunya lebih panjang, kami dapat mengajari orang-orang di desa kami supaya banyak yang dapat berwirausaha mandiri”, ungkap Freddy yang berasal dari Desa Jagakarsa di Destinasi Wisata Super Prioritas daerah Likupang Barat, Minahasa Utara.

Apalagi sambung Freddy, kelompok cetak relief rumah adat dan bingkai maupun kelompok pembuatan ornamen kayu berbahan kayu dan batok kelapa serta gantungan kunci.

Hanya dua kelas dari keseluruhan tujuh kelas yang melatih masyarakat yang putus sekolah dan lulus sekolah, namun tidak mendapat pekerjaan dengan rentang usia lima belas sampai tiga puluh tahun.

Adapun kelompok tersebut lanjut Freddy, yakni Kelompok pembuatan sablon masker, kelompok pembuatan relief budaya dan bingkai menggunakan Risen. Kelompok relief alam Manado dan sekitar dengan bingkai, Kelompok pembuatan tempat sabun dan tisu.

Selanjutnya, kelompok melukis batik dengan media Gutta tamarind. Keseluruhan keberlangsungan kelas pelatihan dibawah tanggungjawab Ibu Inong Fajar Prasetya (isteri pendamping setia Kasau) selaku PIC Pelatihan Wirausaha Dekranas ini.***

 

Authentifikasi : Kapentak Lanud Sam Ratulangi Mayor Sus Michiko Moningkey.

Foto Letda Sus Agustinus Tangkidi Video Serda Ridwan


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait