Lebaran dan Kisah Kerukunan Islam-Kristen di Kramat Jati

Foto Inset: Suasana ibadah di Gereja Pasundan dan kegiatan ibadah salat di Musala Al Mukhlashiin di Gang Eka Dharma RT 001/RW 08 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jakarta.

Jakarta - Gang selebar lima meter, ada harapan akan toleransi dalam beragama terus tetap rukun dan damai hingga kini. Meski lagu puji-pujian dari kebaktian di gereja dan suara adzan bergema sama kerasnya secara bersamaan, namun kedua umat yang berbeda keyakinan ini tetap langgeng selama ini.

Gang itu, adalah gang Eka Dharma RT 001/RW 08 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jakarta. Di sana, musala Al Mukhlashiin dan Gereja Kristen Pasundan berdiri nyaris berdampingan, hanya dipisahkan jarak kurang dari 100 meter.

Hari raya Idulfitri 1438 H beberapa hari lalu menjadi contoh betapa kerukunan jadi prinsip yang sama-sama dipegang teguh oleh warga.

Umat muslim tetap menjalankan salat Id sementara setelahnya jemaat gereja menggelar kebaktian Minggu. Pendeta, majelis, dan jemaat gereja pun tak lupa berkunjung untuk mengucapkan selamat Idulfitri â€" sama ketika Natal tiba dan giliran umat Muslim yang bersilaturahmi.

"Kemarin pas hari Minggu ramai banget di sini, habis dari gereja mereka pada datang untuk silahturahmi di sini," ujar Neng Herti, Ketua RT 001 seperti dilansir dari laporan cnnindonesia.com.

Di gang Eka Dharma itu, Neng Herti menjadi “ibu” bagi warganya sekaligus garda paling depan untuk menjaga kerukunan tetap terjaga.
   
Neng Herti mengatakan, tahun depan warga Kampung Tengah juga berencana akan mengadakan acara buka bersama dengan warga dan jemaat gereja saat Ramadan.

"Rencananya mau seperti itu, mungkin nanti dananya bisa patungan juga, saya baru mau mengusulkan ke pendeta, ke majelis gereja," ucapnya.

Herti menyebut, prinsip-prinsip toleransi sebenarnya sudah diajarkan sejak generasi-generasi sebelumnya. Bentuk konkretnya, menurut Herti, aula gereja atau musala yang kerap digunakan untuk kegiatan warga. Misalnya saja latihan paduan suara warga RT 001 yang digelar di aula gereja.

"Paduan suara warga kan campuran ya, ada yang protestan ada yang muslim, kami latihan di gereja. Makanya ada yang bilang kan, ‘wah banyak wanita berkerudung di gereja’. Ya enggak masalah, itu juga kegiatan biasa bukan ibadah," tutur Neng Herti.

Herti tak menampik bila Pilkada DKI Jakarta lalu sempat memercikkan riak-riak kecil di antara warga. Isu agama yang kental dengan politik sering kali menjadi subjek pembicaraan yang berkembang di keseharian.

Namun menurutnya, hal itu tak pernah bergulir jadi masalah yang besar.

"Ramai sedikit ya (saat Pilkada) tapi bisa diatasi, saya selaku RT mengingatkan juga. Sesama muslim juga saling mengingatkan, begitu juga yang protestan," katanya.

Neng Herti menyebut warga RT001 memang mementingkan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. "Agamamu ya agamamu, agamaku ya agamaku. Yang penting rukun," ujarnya.

Hal senada juga diucapkan Jamilluddin, pria 51 tahun yang sudah menetap di gang Eka Dharma sejak 1969. Ia bercerita, kerukunan dalam beribadah sudah terjaga sejak lama.

"Kalau kami (muslim) kurban kami bagi-bagi juga ke mereka yang nonmuslim. Kalau lagi misa Natal, kami bantu jaga parkir juga. Saat puasa mereka (nonmuslim) juga sangat menghormati. Artinya (pemeluk) agama muslim dan nasrani membaur," katanya.

Jamilludin mengingatkan, yang perlu diwaspadai justru warga luar yang tidak tahu menahu tentang kehidupan warga di sana sehingga bisa saja merusak toleransi yang selama ini sudah terbangun.

"Yang perlu diwaspadai orang-orang luar yang masuk dan enggak tahu apa-apa," katanya.

Lain halnya dengan Andreas (45) yang baru menjadi warga RT 001 sejak Oktober 2016 silam. Sebelumnya Andreas tinggal hanya berjarak beberapa RT dari gang Eka Dharma, tapi baru di rumah barunya itu ia benar-benar merasakan kerukunan.

Andreas mengaku kepindahannya bukan karena kabar soal cara warga RT 001 hidup berdampingan, tapi karena kontrak rumahnya habis. Ia justru baru mengenalnya setelah tinggal di sana.

"Di sini nyaman, toleransi sudah enggak usah diragukan, saya pernah di RT sebelah beda banget, jauh, padahal cuma selisih tiga RT tapi sangat berbeda," ucap Andreas.***


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait