Sumber Api diduga Ekspansi HTI RAPP di Pulau Padang
Lagi Pulau Padang Dilanda Karhutla, Puluhan Hektar Kebun Sagu Warga Ludes Terbakar
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kembali terjadi di Pulau Padang Kabupaten Kepulauan Meranti. Kali ini, Karhutla melanda Desa Mayang Sari, Desa Baru yang merupakan pemekaran dari Desa Bagan Melibur Kabupaten Kepulauan Meranti provinsi Riau, dalam sepekan terakhir ini.
Merbau, OKETIMES.COM - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kembali terjadi di Pulau Padang Kabupaten Kepulauan Meranti. Kali ini, Karhutla melanda Desa Mayang Sari, Desa Baru yang merupakan pemekaran dari Desa Bagan Melibur.
Dalam kejadian tersebut, puluhan hektar kebun sagu milik warga Bagan Melibur dan Mayang Sari ludes dilalap sijago merah. "Sudah sejak tanggal 3 kemarin. Masyarakat bergotong-royong berusaha memadamkan api, tapi air sulit dan keterbatasan alat pemadam," ungkap Junaidi, salah seorang warga.
"Sepanjang tahun 2016, Karhutla sudah berulang kali terjadi di Pulau Padang Kecamatan Merbau ini. Sebelumnya, pada Februari hingga April Karhutla juga melanda Desa Bagan Melibur, Kelurahan Teluk Belitung dan Mekar Sari sampai merembet ke Desa Sungai Anak Kamal.
"Penyebab dan sumbernya kami tidak tahu. Sebenarnya di Merbau ini masih ada hujan beberapa kali, walau tidak lebat. Tapi kondisi gambutnya memang sudah kering, jadi sangat mudah terbakar. Kalau setiap tahun terus seperti ini, habislah kebun-kebun masyarakat," tambah Junaidi.
Terkait itu, Syahrudin, aktivis Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR) mengatakan, penanganan Karhutla di Pulau Padang dan sekitarnya perlu perbaikan tata kelola gambut, terutama di kawasan budi dayanya, baik budidaya perusahaan maupun masyarakat.
Untuk masyarakat, perlu adanya solusi pengelolaan lahan tanpa membakar serta penyediaan sarana penanggulangan Karhutla yang memadai. Dalam hal ini melibatkan masyarakat secara partisipatif.
Sedangkan untuk areal budi daya perusahaan, pemerintah harus melakukan review perizinan. Kebakaran terus-menerus ini menunjukkan ada yang salah dengan tata kelola gambut di wilayah tersebut.
"Besar kemungkinan, ekspansi HTI RAPP di Pulau Padang pemicu kekeringan gambut, akibat rusaknya tata kelola gambut di Pulau Padang," ujar Syahrudin.
Penebangan hutan alam, pembangunan kanal di areal gambut, pengembangan tanaman monokultur, sebut Syahruddin sangat mempengaruhi rusaknya Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Apalagi gambut di kepulauan seperti Pulau Padang, jika tidak ditangani dengan serius maka kerusakannya akan semakin parah. Hal ini sangat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan masyarakat," pungkas Syahrudin.
Dengan kejadian kebakaran yang terus berulang dan sudah menghabiskan ribuan hektare kebun masyarakat ini, pihaknya berharap ada pencegahan dan tindakan yang serius dari semua pihak, terutama pemerintah Kecamatan Merbau.
"Masyarakat sangat tergantung kepada hasil kebun dan pertanian. Jika terus terbakar, ekonomi masyarakat akan terpuruk," tutup Junaidi. (rls)
Komentar Via Facebook :