Ingin Kaya Sejak Muda? Masuk Pasar Modal

OKETIMES.COM- Ingin kaya? Siapapun pasti ingin untuk menjadi kaya, tak terkecuali bagi anak muda. Anak muda memiliki kesempatan besar untuk berinvestasi di pasar modal karena pada dasarnya anak muda berani untuk menghadapi resiko.

"Ini (saham, Red) cocok buat kalian yang berani hadapi resiko tinggi, anak muda kan berani ambil resiko. Tapi ingat lihatlah fundamentalnya kalau pilih saham. Yakinilah emiten yang dipilih itu tetap eksis minimal 10 tahun ke depan. Seperti Warren Buffet yang memakai analisis fundamental dalam membeli saham," kata Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto dalam Pelatihan BRInvestasi Sejak Dini Kaya Sejak Muda, di Auditorium S Soeria Atmadja FE UI Depok, Kamis (22/5).

Berinvestasi sejak dini, dikatakannya amatlah penting, terutama untuk mengalahkan inflasi. Namun, secara historis tidak ada yang bisa mengalahkan imbal hasil (return) pasar modal, baik itu tabungan, deposito, obligasi maupun emas.

"Delapan tahun terakhir, tabungan dan deposito naik sedikit, emas 12,5%, obligasi 8,8%, saham 26%, dengan inflasi 6,2%. Meski sangat resiko, tahun 2008 saham turun 50%, tapi bisa naik signifikan 2009 89% setahun," sebutnya.

Mengingat pentingnya investasi, David mengimbau, generasi muda harus melek berinvestasi dalam pasar modal. Apalagi, generasi muda merupakan masa depan bangsa. Pasalnya, kepemilikan saham oleh investor asing jauh di atas investor lokal, yakni Rp 1.500 triliun berbanding Rp 1.200 triliun. Hal itu karena baru 400.000 penduduk Indonesia yang berinvestasi saham padahal penduduknya mencapai 240 juta, sedangkan Singapura dengan jumlah 4 juta jiwa ada 300.000 investornya.

"Jadi, bayangkan yang menikmati keuntungan 14% IHSG dalam waktu lima bulan itu orang asing," imbuhnya.

David menjelaskan, pasar modal mendorong perekonomian suatu negara. Terbukti, negara bisa menjadi negara maju karena didukung pasar modalnya. Indonesia sendiri yang baru membuka diri untuk mengembangkan pasar modal belum lama ini, sudah diminati asing yang selalu menorehkan pembelian.

Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Rudiyanto menegaskan, berinvestasi harus miliki komitmen, minimal 10% dari penghasilan harus dimasukkan ke investasi. Ia juga menyarankan agar investor memiliki hidup yang wajar dan jangan konsumtif.

"Kalau tidak komitmen dan tidak punya investasi, jangan salahkan orang kaya tambah kaya. Uang yang susah payah kita cari, tapi uangnya ternyata buat orang lain," kata dia.

Alangkah baiknya jika bisa kita nikmati juga. Karena, handphone yang kita beli itu perusahaannya mencatatkan saham di bursa, begitupun dengan kopi seperti Starbucks yang diminum milik MAP (PT Mitra Adiperkasia Tbk)," ungkapnya.

Bagi calon investor yang masih bingung untuk terjun langsung ke saham, ia mengimbau sebaiknya masuk ke reksa dana terlebih dahulu. Namun, bila ada yang mau langsung ke saham, Rudiyanto menegaskan calon investor harus punya tujuan investasi sehingga bisa terhindar dari spekulatif.

Kepala Divisi bidang Edukasi BEI Joko Saptono menambahkan, paling tidak ada delapan langkah dasar berinvestasi yakni pahami tujuan berinvestasi, berapa lama jangka waktu berinvestasi, kenali profil risiko, dan pelajari alternatif investasi yang tersedia. Serta, pahami risiko yang berkaitan dengan tiap alternatif investasi, tentukan batas investasi sesuai kemampuan keuangan, tentukan strategi investasi, manfaatkan jasa profesional apabila belum memahami wahana investasi, dan pertahankan tujuan.

Pasar modal Indonesia di era globalisasi dikatakannya, amatlah prospektif. Hal itu selain didukung Indonesia punya sumber daya alam yang kaya, juga karena penduduk terbesar ke-4 dunia dengan bonus demografi.

"Indonesia punya prospek kedepan. Indonesia akan mencapai masa keemasan ekonomi pada 2030. Jadi, kita harus siap, jangan sampai ketinggalan. Penuhi ilmu investasi dan nikmati perkembangannya," ungkapnya.


Penulis: O-2/FMB

Sumber:Suara Pembaruan


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait