Kerjasama Intelijen Indonesia-Australia Diharapkan Berantas Terorisme

Ilustrasi

Medan - Kerja sama bilateral dan program pertukaran intelijen Indonesia dengan Australia diharapkan dapat memberantas terorisme di kedua negara itu.

"Aksi terorisme yang dapat mengganggu keamanan negara tersebut harus dicegah dan tidak boleh dibiarkan berkembang," kata Dosen Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Suhaidi di Medan, Kamis (23/12).

Aksi terorisme yang banyak terjadi saat ini, menurut dia, bukan hanya tantangan bagi Indonesia dan Australia, tetapi juga musuh bagi negara-negara lainnya di dunia.

"Kegiatan terorisme tersebut, tak boleh dibiarkan hidup dan sekecil apapun aksi mereka yang meresahkan masyarakat itu harus dihapuskan," ujar Suhaidi.

Dia menjelaskan, kerja sama kedua negara itu, juga harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Indonesia.

Namun, katanya, perlu ekstra hati-hati karena perbedaan pola pikir kedua negara dalam memandang mengenai teroris itu.

"Hal ini perlu menjadi perhatian bagi Indonesia dalam kerja sama pertukaran intelijen dengan Australia. Apalagi, dalam hal ini mencegah aksi teroris yang sangat membahayakan itu," kata mantan Pembantu I Dekan Fakultas Hukum USU.

Suhaidi menambahkan, di Indonesia masih saja ada kelompok terduga terorisme dan mencoba melakukan aksi-aksi, serta perbuatan melanggar hukum.Tetapi aksi mereka tersebut lebih dahulu diketahui petugas kepolisian dan melakukan penangkapan.

Bahkan, kelompok terduga terorisme itu, akan merencanakan melakukan aksi mereka pada akhir tahun 2015 ini.

"Polri dan aparat keamanan terkait lainnya diharapkan dapat mewaspadai dan mengantisipasi aksi terorisme di Indonesia," kata Guru Besar Fakultas Hukum USU itu.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti menyatakan pihaknya telah menangkap sembilan orang terduga teroris di lima tempat berbeda antara lain di Cilacap, Tasikmalaya, Sukoharjo, Mojokerto, dan Gresik pada 19 sampai 20 Desember 2015.

Mereka antara lain R, YS, AR, ZA, MKH, TP, IM, JA, dan AK.

"Mereka ini ada yang eks Jamaah Islamiyah (JI) dan ada juga korelasinya dengan ISIS," kata Kapolri.

Kapolri menjelaskan pada akhir bulan lalu, pihaknya mendapatkan informasi akan ada aksi-aksi dari terorisme.

"Lalu, ada juga informasi dari Australian Federal Police (AFP), Federal Bureau of Investigation (FBI), dan Singapore Intelligence Service (SIS). Kemudian kami lakukan monitor dan kelompok yang terdata di kami dicurigai akan melakukan aksi teror," katanya.***


sumber: antara


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait