Utang Pemerintah Rp 2.371 Triliun tak Sejahterakan Rakyat
OKETIMES.COM- Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mencatat utang luar negeri
pemerintah tahun 2013 membengkak hingga Rp 2.371 triliun. Angka ini
melonjak Rp 171 triliun dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara-Perubahan (APBN-P) 2013, yang dipatok hanya Rp 2.200 triliun.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry Azhar Azis
menyebut walaupun utang meningkat tajam, pemerintah tak mampu menyerap
dan mengelola utangnya secara maksimal. Akibatnya, tahun 2013 pemerintah
harus membayar commitment fee sebesar Rp 378,02 miliar.
"Ini
menunjukkan kinerja pemerintah yang belum mampu mengelola utang secara
optimal. Padahal saat utang tidak terserap, pemerintah harus membayar
commitment fee sekitar 0,75 persen dari total utang yang tidak terserap.
Di sisi lain, banyak proyek-proyek pemerintah yang membutuhkan dana
besar," ucap Harry dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu (25/1).
Menurut
Harry, tak terserapnya utang luar negeri secara maksimal menjadi bukti
bahwa pemerintah tidak merencanakan proyek secara matang. Utang luar
negeri ribuan triliun tak membawa kesejahteraan kepada masyarakat.
Padahal
proyek-proyek pemerintah dirancang untuk kesejahteraan rakyat. Jadi
terlihat jelas, pemerintah tidak memikirkan kesejahteraan rakyat dengan
kinerja utang seperti ini. Dan perlu diingat, menggunakan utang luar
negeri berarti pemerintah memperkaya negara dan lembaga-lembaga keuangan
asing," tegasnya.
Harry mewakili Partai Golkar
meminta pemerintah pusat untuk menghentikan pemborosan uang negara
melalui pembayaran commitment fee utang. "Kita mendesak pemerintah untuk
segera menghentikan pemborosan uang negara, mulai tahun 2014 ini dan
seterusnya," tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut
utang luar negeri pemerintah yang mencapai Rp 2.731 triliun masih aman.
Pemerintah dan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan karena
pemerintah diklaim masih bisa mengelola utang tersebut dengan baik.
Menurut
Bambang, data terakhir, rasio utang per PDB sebesar 23 persen, dengan
defisit 2 persen. Indikator itu menunjukkan Indonesia tak punya masalah
dengan pinjaman dari luar negeri.
"Jadi sebenarnya kita dapat mengelola fiskal supaya utang tidak memberatkan," ucap Bambang di kantornya, Jakarta, Jumat (24/1).
Namun
demikian, Bambang berjanji pihaknya akan terus menjaga rasio utang
tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap di batas aman.
"Tetap kita harus jaga utang kita, tapi enggak usah berlebihan dan bikin
isu aneh-aneh," ujarnya.merdeka.com/oketimes
Komentar Via Facebook :