Irjen Anton: Indonesia Diserang Habis-habisan Bandit Narkoba

Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan, memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan saat melakukan kunjungan kerja di Mapolda Riau, Kamis (20/08/2015) siang.

Pekanbaru, OKETIMES.COM - Maraknya peredaran narkotika berbahaya (Narkoba) di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau yang menjadi akses masuk sekaligus perlintasan barang haram tersebut dari negara luar, dinilai merupakan bentuk serangan. Tujuannya adalah agar memperbodoh sumber daya manusia (SDM), agar pihak asing dapat dengan mudah menguras segalah hasil bumi Indonesia.

Hal ini dikatakan oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan, kepada sejumlah wartawan di Pekanbaru, Kamis (20/08/2015) siang.

" Sekarang ini perang bukan dengan cara terbuka lagi, tapi Asimetrik (perang non militer). Kita (Indonesia-red) sedang diserang habis-habisan dengan narkoba, agar SDM kita bodoh. Karena kalau bodoh, mereka (Asing) bisa dengan mudah mengambil hasil bumi dan sumber energi yang berguna beberapa puluh tahun kedepan," ujar Anton Charliyan.

Dengan mereka memasukkan narkoba ke Indonesia melalui perbatasan, baik darat dan laut, menjadi strategi perang dan sama halnya dengan menyerang Indonesia.

" Kasus ini yang harus diperangi lembaga kepolisian. Ini merupakan bentuk perang jaman sekarang, dimana Indonesia menjadi salah satu sasarannya. Kita ini sudah darurat narkoba, dan wajib segera diambil langkah," tegasnya.

Untuk itu, beberapa provinsi maju dan yang berdekatan dengan perbatasan negara tetangga seperti Riau, menjadi perhatian khusus Polri. Maka Polri membentuk ditiap-tiap Polda dan Polres termasuk Provinsi Riau, ada ditempatkan Polisi Perairan (Polair) disepanjang pantai. Cuma yang menjadi kendalanya, peralatannya minim.

Dikatakannya, kemauan dan kerja keras Polri saat ini memang tidak terbatas, akan tapi tidak tertup kemungkinan kemampuan Polri menjadi sangat terbatas. Hal inilah salah satu yang menjadi kendala Polri.

" Kuncinya adalah tekad dan semangat. Dulu kita bertempur dengan pemenang perang dunia kedua hanya bermodal bambu runcing, toh menang juga. Sekarang ada Polri, AL, masyarakat dan nelayan. Semua kita rangkul, asalkan semangat. Jangan mau kita diperbodoh dan diperalat menjadi kurir narkoba. Biarlah kita melarat yang penting terhormat," tegasnya.

Bahkan Irjen Anton Charliyan membeberkan, jika harga narkoba di negara lain, seperti di negara China, harganya hanya berkisar sekitar Rp 40 juta/kilogram-nya. Nmaun ketika barang tersebut berada di Malaysia, naik menjadi Rp 400 juta/kilo. Selanjutnya, setibanya di Indonesia semakin mahal dan menjadi Rp 800 juta, lalu dijual di pasaran harganya makin tinggi, yakni berkisar Rp 1,2 miliar/ kilogram.

" Bisnisnya jadi menjanjikan, keuntungannya besar, makanya harus ada mental kita untuk menolak dan memberantasnya," terang Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan pada awak media. (TripelX)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :