Proyek Bronjong di BWSS Riau Terindikasi Korupsi
Proyek Bronjong di BWSS Riau Terindikasi Korupsi
PEKANBARU, oketimes.com– Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) III Riau, bisa jadi belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini bisa dimaklumi, karena instansi yang berada dibawah Kementerian Sumber Daya Air tersebut, bersikap tertutup ke publik. Padahal, dari sisi alokasi anggaran APBN yang dikelola setiap tahunnya, mencapai ratusan milyar rupiah.
Proyek pembangunan bronjong (penahan tebing) di dua Desa Kecamatan Kampar Timur, Kampar misalnya. Berdasarkan hasil investigasi LSM Pemantau Pembangunan Infrasturuktur Riau (PPIR), Overius, menyebutkan pembangunan bronjong di Desa Sungai Tarap dan Desa Tanjung Bungo diduga kuat menjadi ajang praktek korupsi, ucapnya kepada wartawan, Kamis (8/1/15).
Overius menyebutkan dugaan praktek korupsi itu didasarkan atas penyunatan volume pekerjaan. Bronjong yang semestinya dibangun masing-masing 200 meter di dua desa, justru disunat menjadi 150 meter saja.
Begitu pula dengan pengerjaan jalan semenisasi di Desa Tanjung Bungo Kecamatan Kampar Timur. Jalan sepanjang 200 meter dan lebar 1,5 meter tersebut, kini sudah mengalami kerusakan. Disana sini badan jalan terlihat patah, beber Overius.
Ia mengatakan, atas temuannya itu pihaknya sudah melayangkan surat klarifikasi ke BWSS III Riau tertanggal 17 Desember 2014. Hanya saja, surat yang ditunjukan melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Gustian tersebut, hingga kini tak kunjung memperoleh jawaban.
Overius mengatakan, dengan tidak adanya klarifikasi dari pihak BWSS III Riau, maka patut diduga bahwa instansi tersebut telah melakukan korupsi. Hal ini mengingat jadwal pelaksanaan telah berakhir, seiring dengan berakhirnya masa tahun anggaran 2014.
Karena masuk dalam kategori tindak pidana lanjut Overius, maka dalam seminggu kedepan pihaknya akan melaporkan kasus ini ke Kejaksaan Tinggi Riau guna ditindaklanjuti.
Dari hitungan sementara, kata Overius, proyek senilai Rp 4,2 milyar itu diduga telah merugikan keuangan negara, sebesar Rp 900 juta. Namun ketika ditanya siapa kontraktor pelaksana proyek tersebut, Overius mengaku tak tahu karena di lapangan tidak ada papan plang.
Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah PPK Gustian yang dihubungi via selularnya sedang tidak aktif. Pesan singkat yang terkirim ke selularnya hingga berita ini ditulis juga tak ada jawaban.
Ketika dicoba ditemui di kantornya Jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru, Satpam bernama Syafri enggan memberi ijin, dengan alasan belum ada janji dengan wartawan. (fin)
Komentar Via Facebook :