Kilas Balik, Peran Pers Pada Pemekaran Meranti (1)
Badan Persiapan Pembentukan Kabupaten Meranti (BP2KM).
MEDIA massa khususnya surat kabar mempunyai peran penting dalam perjuangan pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti. Pada masa pergolakan itu, media massa berperan untuk mempublikasikan setiap pergerakan dan aksi yang dilakukan oleh para pejuang pemekaran di tingkat lokal, khususnya di kota Selatpanjang.
Ketika itu tidak semua wartawan mau pun media mempublikasikannnya. Maklum saja, yang dihadapi saat itu adalah Pemerintah Kabupaten Bengkalis yang pasti tak rela melepaskan Kepulauan Meranti. Ada konsekuensi yang harus diterima oleh wartawan atau awak media yang pro pemekaran.
Demikian penuturan Susanto, insan wartawan yang merasakan betul perjuangan pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti beberapa tahun lalu. Susanto, anak jati Kepulauan Meranti ini bisa dikatakan sebagai salah seorang insan pers yang ikut merasakan pahit manis perjuangan pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti bersama pejuang pemekaran lainnya.
“Mengenang masa-masa itu memang pahit. Sebagai wartawan, kita memang wajib memberitakan setiap peristiwanya. Tapi tidaklah mudah ketika kita ingin memberikan aksi masyarakat pro pemekaran kepulauan Meranti,” kata Susanto.
Pada tahun 2006 hingga akhir 2009, meskipun harus bertentangan dengan pemerintah daerah saat itu, sebagai putra daerah Susanto merasa hal ini harus tetap ia diperjuangkan melalui tulisan, di samping itu memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk mewartakan setiap kejadian atau pun peristiwa. Baginya, tanpa publikasi yang luas maka perjuangan pemekaran Kepulauan Meranti akan berjalan lamban.
“Konsekuensi yang harus saya terima pada saat itu adalah dikucilkan dari teman-teman sesama wartawan, karena mereka lebih cenderung berpihak pada pemerintah kabupaten Bengkalis,” tutur pria berkacamata ini.
Bahkan masih segar di ingatannya ketika salah seorang rekan wartawan mengatakan “jika Kepulauan Meranti jadi dimekarkan, potong telinga saya”. Tapi bagi Susanto, perjuangan adalah perjuangan. “Sebesar apa pun yang mencoba menggoyahkan kita, harus kita hadapi dengan sabar dan tawakal,” ucap Susanto yang saat itu sebagai wartawan Riau Tribun.
Susanto juga masih ingat bagaimana Pemerintah Kabupaten Bengkalis saat itu berupaya meredam pemberitaan aksi tuntutan massyarakat Kepulauan Meranti agar tidak terlalu memanas di media. Jika pemberitaan kencang ditiupkan, hal ini dikhawatirkan akan membuat pemerintah pusat dan DPR RI mengabulkan permintaan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti.
Hal itu tutur Susanto sangat dirasakan pada setiap aksi tuntutan pemekaran di Selatpanjang. Berita yang termuat seolah bukan menjadi pemberitaan yang besar. Volume untuk pemberitaan di Selatpanjang dikurangi, sedangkan untuk Bengkalis ditambah.
Di medianya, harian Riau Tribun, Susanto sepertinya tak bisa melupakan peran dan jasa seorang Rayan Pribadi yang saat itu sebagai Koordinator Liputan di medianya. “Tanpa Rayan di posisi yang cukup strategis saat itu, mungkin berita perjuangan masyarakat Meranti tidak besar. Rayan sering berupaya bagaimana berita-berita perjuangan pemekaran yang dikirim dari Meranti bisa naik dan menjadi besar. “Untuk membakar semangat juang masyarakat Kepulauan Meranti,” imbuhnya.
Di usia Kabupaten Kepulauan Meranti ke 6 ini, Susanto berharap kepada Pemerintah Kabupaten untuk lebih mengakomodir kepentingan kepentingan masyarakat banyak. Apa yang dicapai oleh kabupaten ini tak lain merupakan hasil jerih payah seluruh masyarakat Kepulauan Meranti itu sendiri.
Untuk sampai ke titik disahkannya Kepulauan Meranti sebagai kabupaten sendiri, itu atas perjuangan seluruh masyarakat Kepulauan Meranti. Ada kaum intelektual serta berbagai lapisan masyarakat yang turut berjasa. “Kalau saye, dah mekar jadi kabupaten, dahlah tu, semoge aje kampung ni menjadi lebih baik ditangan yang berwenang,” ungkap Susanto dengan logat melayunya.(rahmi)
Komentar Via Facebook :