Masa Agresi II Tahun 1949

Mengenang Pasukan Harimau Kampar, Serang Markas Tentara Belanda hingga Perundingan Komisi Tiga Negara di Kuok

Inspektur Polisi TK II Amir Hoesin Attan (Mob-brig) atau Komandan Pront Kuok

Tolak Pengusulan Bintang Gerilya....

JAS MERAH, Bapak Bangsa Indonesia Ir. SOEKARNO

Presiden RI Pertama, berpesan kalau ingin jadi Bangsa Yg Besar, jangan sekali-kali lupakan Jasa Mereka (pejuang). Masih terkenangkah kita Dua negeri Kecil yang  bernama Pulau Gadang dan KUOK….???

Saat tombol di tekan, tanda dimulainya penggenangan waduk PLTA Kota Panjang  oleh gubernur Sumatera Barat dan gubernur Riau, proses hilangnya Pulau Gadang sebagai kota perjuangan mulailah sudah. Pulau Gadang, desa dengan penduduk 592 Kepala Keluarga, kembali - untuk yang terakhir kalinya- membuktikan kesetiannya dan kecintaannya kepada NKRI, bahwa suatu perjuangan senantiasa memerlukan bukti pengorbanan.

Harulah hati para pejuang karena terkenang masa lampau dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indoensia yang penuh dengan pengorbanaan baik harta bahkan jiwa raga,  di samping itu terlihat pula goresan kesedihan di raut muka para pejuang yang masih hidup. Pertanyaan demi pertanyaan terlintas di pikiran para pejuang, sejauh mana…., KEPEDULIAN  generasi penerus akan hal ini?

Tersentuhkah hati kita membiarkan bukti sejarah turut pula hilang bersama tenggelamnya Pulau Gadang. Masihkah kita kenang dan ingat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, tepatnya pada Agresi II Tentara Belanda ke daerah Keresidenan Riau 73 tahun yang lalu, pada hari Natal Tahun 1948, tentara Belanda mulai menyerang Kota Pekanbaru dan sekitarnya dengan mengerahkan 3 buah kapal terbang.

Akibat dari serangan ini maka rombongan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang datang dari Halaban PRESIDEN DARURAT RI, Mr Syarifuddin Prawiranegara, Mr T M Hasan dan lain-lain) pada tanggal 28 Desember 1948, terpaksa membatalkan rencana kepergiannya ke Pekanbaru dan membelokkan tujuannya ke Teratak Buluh, Sungai Pagar dan ke Talukkuantan.

Begitu pula dengan pasukan TNI/AD dan Mob-Brig mengundurkan diri melalui rute Simpangtiga, Teratak Buluh, Lipat Kain, Pulau Gadang, Muara Mahat dan terakhir sampai di Batu Bersurat. Sedangkan Pemerintahan sipil dan anggota Keresidenan Riau mengundurkan diri ke Pantai Cermin (Tapung Kiri).

Guna melanjutkan perjuangan (Perang Gerilya) melawan tentara Belanda, di Keresidenan Riau telah ditunjuk Mayor Akil Prawiradirja sebagai Komandan. Selanjutnya telah  dibentuk 4 Pasukan (mobile trove) tediri, Pasukan I dengan Komandan Kapten Arifin Ahmad membawahi daerah Pekanbaru, Sungai Apit dan Siak.

Pasukan II, dengan Komandan Inspektur Polisi TKI Humala Silalahi membawahi daerah Bangkinang kuok, Muara Mahat. Pasukan III dengan Komandan Kapten Iskandar Martawijaya membawahi Bengkalis dan daerah pantai timur Pulau Sumatera.

Gambar, Monumen Juang HARIMAU KAMPAR
Pasukan IV, dengan komandannnya Kapten Marah Halim membawahi Rengat, Taluk Kuantan dan Tembilahan. Sebelum bulan Maret tahun 1949 Pasukan II (Mobile Trove II) telah berhasil menyusun formasi sebagai berikut:

Pimpinan pasukan, Inspektur Polisi TK I Humala Silalahi (Mob-brig), dengan Wakil Pimpinan pasukan adalah Inspektur Polisi TK II Toegimin (Polisi Umum) dengan Komandan Peleton terdiri dari Pembantu Inspektur Polisi TK II Amir Hoesin Attan (Mob-brig), Pembantu Inspektur Polisi TK II Saidi (Mob-brig) dan dari Angkatan Darat Lettu Abdul Muis).

Sedangkan dari pejuang-pejuang lainnya adalah Komandan Pangkalan Gerilya (KPG) Batu Bersurat Dt Bandarao Sati dan Wali Perang Moh Saleh, Markas Gerilya Pasukan II untuk pertama kalinya dipilih diatas terowongan Rantau Berangin yang saat itu, merupakan hutan lebat.

Selanjutnya dibahas bersama dengan   mempertimbangkan aspek strategis Markas Gerilya Pasukan II dipindahkan ke Pulau Gadang, yaitu di Kampung Masjid yang terletak di seberang Sungai Batang Kampar Kanan. Secara sukarela rakyat Pulau Gadang menyerahkan rumah mereka.

Markas Komando dipakai rumah Wana, rumah Tunin sebagai dapur umum, rumah Kayo sebagai Dt Pasih, Saoyah Nurdin, Sayang, Tamanin, Mandau Mila, Bahar dan rumah Madamai digunakan untuk keperluan menunjang pasukan II).

Penyerangan Markas Belanda di Kota Bangkinang

Pada 9 Maret 1949, Pasukan II sesuai rencana bergerak meninggalkan Pulau Gadang untuk melakukan serangan ke Kota Bangkinang dngan strategi sebagai berikut:

Peleton I, dipimpin oleh Lettu Abdul Muis (Keua LVRI Kabupaten Kampar) dan Amin Ruskan bersama pejuang-pejuang yang dipimpin oleh KPG. Abdul Latief Dt Bandaro Sati, Wali Perang Moh Saleh, menyerang dari arah seberan jalan raya Bangkinang.

Peleton II dan III, dipimpin oleh PIP TK II Amir Hoesin Attan dan PIP TK II Saidi, menyerang dari arah Kampung Gadang (Sebuah Desa terletak di seberang Sungai Kampar sebelah kanan Bangkinang) sampai ke tempat tujuan. KPG H Moh. Amin (Perintis Kemerdekaan) dan Arifin Ruslan dari Kuok (mantan Ketua DPRDGR kabupaten Kampar) menyerang dari arah Air Tiris.

Atas Keberhasilan Pasukan II dalam merebut Kota Bangkinang yang merupakan bentuk perwujudan kemanunggalan ABRI dengan rakyat, maka Pasukan II ini Mendapat julukan Heroik yakni “Pasukan HARIMAU KAMPAR”.

Untuk mengenang peristiwa pertempuran dan penyerangan Kota Bangkinang semasa Agresi II Belanda di keresidenan Riau, maka atas prakarsa mantan Kapolda Riau Brigjen (Pol) GV Soedadi, Ketua DPRD Riau (Alm) Kolonel (Inf) H Masnoer, Sat Brimob Polda Riau dan dukungan dari Bapak Bupati Kampar serta mantan pejuang-pejuang Pasukan II, maka pada: Peringatan Hari Bhayangkara ke 39 Tahun 1985 (12 tahun yang lalu) telah mengadakan Napak Tilas Pasukan II yang diikuti kurang lebih 300 peserta, yang berasal dari unsur TNI AD, Batalyon 132 Bima Sakti, TNI AU Lanud Rosmin Nurjadin Pekanbaru, Brimob 5131, Menwa Polsus Kehutanan, Hansip, Korpri Kampar dan generasi muda yang diwakili  Pramuka  dan  KNPI Riau.

Membuat Buku Sejarah Perjuangan Pasukan II, semasa Perang Kemerdekaan II/Agresi ke II (semasa Perang Gerilya tahun 1948/1949). Mengabadikan Nama Harimau Kampar sebagai Nama Lapangan tembak Satuan Brimob Polda Riau.

KOMBES POL H. AMIR HOESIN ATTAN (almh), Kelahiran daerah Tembilahan Indragiri Tahun 1922, merupakan satu cermin dari sosok pribadi “POLISI PEJUANG”,  dan “PEJUANG SEJATI”…..?

Memulai Tugasnya menjadi POLISI Umum Zaman Jepang bersama Brigjen Pol TOEGIMIN (almh) bertugas di Kantor Polisi Jepang dari Tahum 1942 – 1945 di Pekanbaru sekarang Kapolresta Pekanbaru.

Kemudian Bersama-sama Toegimin, Amir Hoesin Attan, Margo dan lain-lain yang simpati akan pengumuman Kemerdekaan Republik Indonesia, memberanikan diri untuk Hari Kedua di Pekanbaru, bertempat di Kantor Pilisi Jepang mengadakan upacara Pengibaran Bendera Merah Putih.

Semasa awal Kemerdekaan, beliau satu angkatan dengan Mantan Gubernur Riau Arifin Ahmad, Brigjen Pol Toegimin, Kolonel Imron S, mantan Ketua Harian Angkatan 45 Riau, Kolonel TNI AD Masnoer, mantan Bupati Inhu dan Letkol Hasan Basri, mantan Komando Pangkalan Geriliya Riau.

Bapak Aripin Ahmad mantan Gubernur Riau, Komandan Pront Kuok, yang Tergabung kedalam Pasukan II HARIMAU KAMPAR, ini bukti kecintaannyake masyarakat an daerah Kuok, menyunting seorang Wanita Bernama Rohana, (adik dari KPG. Kuok Bapak Arifin Ruslan), Ketua Dapur Umum bersama Ibu RASHIDA pejuang Suami Istri ini meninggal keduanya di Kuala Tungkal Jambi.

Pribadi Seorang Pejuang SEJATI, ditunjukkan dengan Sikap yang Tulus dan Ihlas dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, Menolak BINTANG GERILYA.

Kejadian ini di ceritakan dan di saksikan serta ditanyakan oleh putranya yang bernama Abdi Amir, langsung Kepada Orang Tuanya saat menjabat DANRES Kepolisian 406 Tembilahan Inhil Riau, Dialognya:

Anak :  Kenapa Formulir yg dikirim Teman Seperjuangannya Bernama Letkol TNI AD, (Purnw) HASAN BASRI, untuk Pengajuan BINTANG GERILYA di Buang….? Padahal pemberian  Bintang Gerilya Penghargaan Negara yang Tertinggi bagi Pejuang yg Pernah  berjuang  dalam perang AGGRESI I DAN II Melawan  Tentara Belanda……???

Ayah : Nak Ayah, Berjuang bukan untuk Dapatkan Bintang, Ayah tidak mau memohon dengan mengisi Formulir untuk mendapatkannya. Kalo Negara mau kasih, kasih saja jangan Pejuang Memohon.

Anak :  Kenapa Ayah tidak mau urus Surat Kelakuan Baik dari Polisi, sebagai salah satu Syarat….??? , Karena Ayah Sekarang ditugaskan Negara sebagai Komandan POLISI KABUPATEN, masak Polisi Terangkan Polisi baik atau Tidak.

Yang Sangat berkesan dihati, dari seorang Ayah bahwa Seorang Pejuang Sejati, Polisi Pejuang berpesan bila Ayah Meninggal Makamkan AYAH, Tidak usah di Kuburkan di MAKAM PAHLAWAN, karena keluarga nanti susah untuk berziarah.

Upaya Mewujudkan Monumen JUANG HARIMAU KAMPAR

Sejak dari Tahun 1985 sampai Saat ini, Tahun 2022, Berbagai Upaya sudah Dirintis, antara lain : Zaman Gubernur H.M Rusli Zainal sudah dianggarkan pada APBD, melalui Biro Perlengkapan Setda Provinsi Riau Tahun 2013, dibatalkan oleh Penggantinya.

Mengupayakan Tanah Hibah untuk Pembangunan Monumen juang dari Wali Desa Empat Balai dan Ninik Mamak, Serah Terima Surat Tanah di Markas Dansat Brimob Polda Riau Pekanbaru yang dihadiri oleh Koordinator Pembangunan Ir. Abdi Haro MP, Ketua Masyarakat Kuok Pekanbaru Prof. Yusri Munaf, DR Nurhamin (Mantan Ketua KPU Riau) Tabrani, Mantan Camat Siak Hulu T. Arianto PPM, Ucok Renan dan Ihsan dari Putra Putri Purnawirawan Polri, Konsultasi dengan Karo Hukum Soal Desain dan luasan Tanah monumen.

Kunjungan Dansat Brimob ke Kantor Wali Desa Empat Balai di Kuok, didampingi oleh PLT. Sekda Kampar dan Anggota DPRD Kampar Bapak AGUS, dari Putra Putri POLRI. Riau.

Kita mengucapkan Terima Kasih Atas Aprisiasi dari Bapak Kapolda Riau, PEMDA Kampar dibawah Dukungan Bapak PJ. Bupati Kampar, DR H KAMSOL dan Dinas PUPR Kampar AFDAL ST, membuat Anggaran Perencanaan Gambar Monumen dan Biaya Penimbunan dan Pemadatan Tanah dalam ANGGARAN APBD KAMPAR Tahun 2023.

Merencanakan untuk melanjutkan dengan Pembangunan MONUMEN JUANG yang bernama “Harimau Kampar” dalam Penyerangan dan merebut Kota Bangkinang, guna mengenang jasa-jasa pengorbanan yang ihlas dari para pejuang dalam Mempertahankan Kemerdekaan dan Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Yang kita cintai ini.

Serta mengenang Peristiwa Penting bersejarah Perundingan KOMISI TIGA NEGARA (KTN) yang dihadiri oleh utusan Amerika, Belgia, Australia dan Belanda serta Indonesia bertempat di Sekolah Dasar Rakyat Desa Empat Balai Kuok Bangkinang Riau, guna Menentukan Garis Batas Wikayah RI, dan persiapan pelaksanaan SERAH TERIMA dari Tentara Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia, diwakili oleh Komandan Pasukan II, IP TK. I HUMALA SILALAHI.

Kota Bangkinang

HARUSKAH SEJARAH EMAS, Tentang semangat PERJUANGAN Mempertahankan Kedaulatan RI dan PERUNDINGAN KOMISI TIGA NEGARA (KTN), Amerika, Belgia dan Australia dengan Pemerintsk RI, yang Diwakili oleh Mayor TNI AD, AF LANKEY, dan IP. TK I HUMALA SILALAHI dan didampingi Komandan Pront Kuok AMIR HOESIN ATTAN, di KUOK Hilang Dimakan Masa….???

Yogyakarta, 1 Agustus 2022

Penulis : Ir. Abdi. H. MP, Sekretaris I PD Garuda KPP - RI Riau       


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait