Musim PSB, Komisi III Sarankan Kembali ke Sistem Tes Saja
Anggota Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Aidil Amri.
Pekanbaru, oketimes.com - Anggota Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Aidil Amri, menyarankan agar Penerimaan Siswa Baru tidak menjadi polemik ditengah masyarakat, perlu dikembalikan ke sistem tes saja.
"Kita menyarankan karena penerimaan siswa baru dengan pembagian kuota, khususnya di Kota Pekanbaru beberapa tahun belakangan ini, selalu dikeluhkan masyarakat. Sebab sistem menggunakan rangking dan nilai rata-rata tertinggi, tidak sebanding dengan hasil UN para siswa. Baik di tingkat SMPN maupun di tingkat SMAN," ujar Aidil Amri ketika dikonfirmasi, Senin (11/6/2016).
Karena itu kata Aidil, legislator meminta agar Disdik selaku leading sektornya, mengevaluasi sistem penerimaan siswa baru tersebut. Bahkan ia menyarankan, sistem penerimaannya melalui tes saja, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Sebab, hal ini selalu menjadi polemik setiap tahun. Dan DPRD menjadi sasaran tempat mengadu masyarakat.
"Solusinya menurut kita memakai sistem tes saja. Alasannya, karena nilai siswa yang tamat, baik SD dan SMP tidak sama. Termasuk standar kualitasnya juga berbeda," sarannya.
Sekretaris Komisi III DPRD ini juga mencontohkan hasil UN SMPN 1 kemarin yang menggunakan sistem komputerisasi, nilai rata-rata siswanya hanya 7,4. Sementara mereka ingin masuk SMAN favorit, standar nilai terendah di atas angka 8.
Para orangtua siswa ini mengadu ke Komisi III DPRD, meminta ada solusinya dari Disdik. Namun hasilnya, pihak Disdik Pekanbaru yang saat hearing dengan para orangtua siswa hadir, tidak bisa memberikan kepastian.
"Seperti ini kan siswa yang jadi korban. Boleh saja kita menggunakan komputerisasi, tapi SDM kita sudah sanggup kah atau tidak. Jangan hanya menang sistem, tapi anak-anak menjadi sulit masuk ke sekolah tingkat selanjutnya," saran politisi Demokrat ini.
Aidil juga Ketua Fraksi Demokrat DPRD Pekanbaru ini mengharapkan, agar ini dipikirkan Disdik untuk tahun ajaran selanjutnya. Untuk apa sistem yang dipakai, namun merugikan siswa. Sementara pihak Disdik buang badan dengan berbagai alasan.
Begitu juga dengan siswa tamatan SD yang ingin masuk SMPN. Meski UN SD memakai sistem manual, tapi tingkat kualitas para peserta didik di masing-masing sekolah berbeda. Sementara standar nilai bagi mereka yang ingin masuk SMPN favorit, tinggi.
"Ini kan tidak adil namanya. Hanya menguntungkan sebagian saja. Meski sudah ada edaran dari Kementerian, namun SDM peserta didik tidak mampu, untuk apa dipaksakan. Makanya jika menggunakan sistem tes masuk sekolah, ini mengurangi tingkat ketidakadilan dan sebagainya," imbuhnya. (eza)
Komentar Via Facebook :