Ahli Fengshui Sebut Ekonomi Indonesia Bakal Membaik di Tahun Monyet Api
Ilustrasi tahun baru 2016.
Jakarta - Ahli Fengshui Budiyono Tantrayoga memprediksi perekonomian Indonesia sepanjang 2016 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dalam kalender China, tahun ini merupakan tahun monyet api.
"Tahun 2016 perekonomian Indonesia akan lebih baik, karena secara elemen ada elemen logam yang masuk di tahun 2016," kata Budiyono yang dilansir dari CNNIndonesia.com di kediamannya, Kamis (31/12/15).
Berdasarkan metode Ba Zi (elemen kelahiran), pria yang kerap disapa Suhu Tan ini mengatakan Indonesia memiliki dua unsur logam pada elemen kelahirannya yaitu 17 Agustus 1945. Sehingga ia meyakini negara pimpinan Joko Widodo (Jokowi) akan mendapatkan keuntungan dari monyet yang membawa unsur logam.
"Indonesia sudah ada dua logam ditambah satu logam, jadi tiga logam, lumayan kuat untuk melawan api yang besar," ujarnya.
Menurut pria yang telah mempelajari Ba Zi sejak 1993 ini, perekonomian Indonesia akan cenderung prima di awal tahun dan sangat kondusif dari Agustus 2016 hingga Januari 2017. Kemungkinan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga akan menguat.
Namun demikian, Indonesia harus siap menghadapi panasnya kobaran api yang cukup besar mengingat 2016 merupakan tahun api dan Indonesia memiliki tiga unsur api pada elemen kelahirannya.
Penuh Tekanan
Sementara Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan tahun ini ekonomi nasional masih akan menghadapi tekanan dan gejolak, terutama dari luar. Mengutip mantan Menteri Keuangan Amerika Larry Summers, Faisal mengamini bahwa negara-negara maju masih akan mengalami secular stagnation.
"Fenomena itu berangkat dari ketidakmampuan negara-negara maju untuk tumbuh pada tingkat yang memadai sekalipun kebijakan moneter sudah sangat longgar dengan suku bunga mendekati nol persen," kata Faisal.
Ia memperkirakan kenaikan suku bunga jangka pendek oleh bank sentral Amerika (The Fed) sebesar 0,25 persen menjadi 0,5 persen diperkirakan paling banyak akan dilakukan dua kali lagi pada 2016. Pasalnya di tengah jalan Amerika bakal menghadapi potensi ancaman yang makin nyata terhadap pemulihan ekonominya yang sejauh ini cukup menggembirakan.
Dari China, Faisal memperkirakan konsolidasi ekonomi akan terus berlanjut sehingga tetap menekan pertumbuhan ekonomi di bawah 7 persen. Pelemahan pertumbuhan ekonomi China, yang merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika tentu saja semakin menekan pertumbuhan ekonomi dunia.
"Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2016 diperkirakan tidak akan jauh beranjak dari pencapaian 2015," jelasnya.
Sementara terkait perdagangan dunia, mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas itu meyakini ekspor-impor dunia juga masih mengalami tekanan.
Ia menyebut sudah tiga tahun berturut-turut pertumbuhan perdagangan dunia lebih rendah dari pertumbuhan output dunia.
"Suatu fenomena yang sangat langka selama ini. Baltic dry index yang mengukur pergerakan petikemas di seluruh dunia menukik ke titik terendah sejak indeks itu diperkenalkan tahun 1985, ke arah di bawah 500 pada November 2015," tegasnya.
Masih lesunya perdagangan dunia menurutnya tak lepas dari proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan harga komoditas energi, tambang, dan petanian seluruhnya masih akan tertekan pada tahun 2016. ***
sumber:cnn
Komentar Via Facebook :