50-60 Ton Arang Bakau Diekspor Setiap Harinya dari Kepulauan Meranti

Seorang pekerja sedang mengemas arang ekspor dari bakau di pengolahan arang Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Rabu (25/3).

SELATPANJANG, riaueditor.com - Kerusakan hutan mangrove (bakau) di Kabupaten Kepulauan Meranti kian mengkhawatirkan. Pasalnya kayu bakau kini sudah banyak ditebang untuk dijadikan bahan baku arang ekspor.

Dampak kerusakan ekosistem akibat penebangan yang dilakukan masyarakat menjadi alasan pemerintah melarang eksploitasi kayu hutan. Namun di sisi lain aturan tersebut malah menutup periuk nasi para penebang yang telah puluhan tahun melakoni pekerjaan ini.

Nawir misalnya, ia sudah belasan tahun menggantungkan hidup keluarga
dari ayunan kapaknya di tengah-tengah hutan mangrove. Setiap hari ia mendayung sampan puluhan mil jauhnya ke dalam anak-anak sungai untuk mencari kayu bakau maupun nyirih untuk ditukarkan menjadi lembaran rupiah di panglong arang di sekitar Pulau Merbau.

Dalam satu hari Nawir mampu mengumpulkan 700 Kg hingga 1 Ton kayu mangrove. Untuk jenis Bakau yang menjadi bahan utama arang biasanya dihargai Rp 120 hingga Rp 150 perkilogramnya. Sedangkan jenis kayu Nyirih hanya Rp 100 perkilogram, jenis ini dijadikan bahan bakar untuk dapur memasak arang.

"Harga belinya murah tidak naik-naik, sedangkan kayu makin susah dicari," keluh Nawir kepada awak media Kamis (26/3) di Selatpanjang usai mengantarkan bakau di salah satu panglong di Pulau Merbau.

Nawir hanya satu dari ratusan bahkan mungkin ribuan masyarakat Kepulauan Meranti yang menggantungkan hidup pada mangrove dan arang. Dalam satu hari, baik penebang maupun pekerja lepas di industri arang hanya mampu mengantongi Rp 40 Ribu hingga Rp 100 Ribu saja.

Sementara itu, salah seorang pengelola panglong arang di Sungai Terus Pulau Merbau, Ayau (48), mengaku dalam sehari bisa memproduksi 50 hingga 60 Ton arang dari 3 buah dapur miliknya.

Dari pantauan awak media Panglong Arang terus beroperasi di wilayah kepulauan Meranti, para pekerja terus menebang hutan bakau untuk dijadikan arang sehingga mengakibatkan hutan gundul, abrasi pantai.

Para pekerja dan penjual terus memanfaatkan arang bakau untuk dijual ke berbagai tempat bahkan ke Mancanegara.

Ketika hal ini dikonfirmasikan ke instansi terkait Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Kepulauan Meranti, Kepala Dinasnya, Makmun Murod, "bapak sedang tidak berada ditempat, ujar stafnya.(azw)


Tags :berita
Komentar Via Facebook :