Patroli Raksasa Dumai: Ancaman Anarkisme atau Ancaman Kehabisan Anggaran?

Polres Dumai baru saja menggelar “show of force” bergaya festival, Senin (01/9/2025). Sebanyak 40 personel gabungan—mulai dari Polres, TNI Angkatan Laut, Kodim 0320, hingga Satpol PP—diturunkan ke jalan. Dipimpin Kabag Ops Kompol Mahendra Yudhi Lubis, iring-iringan ini berputar-putar di kota, dari Sudirman sampai Putri Tujuh, lalu balik lagi ke Mapolres.
DUMAI, Oketimes.com - Polres Dumai baru saja menggelar “show of force” bergaya festival, Senin (01/9/2025). Sebanyak 40 personel gabungan—mulai dari Polres, TNI Angkatan Laut, Kodim 0320, hingga Satpol PP—diturunkan ke jalan. Dipimpin Kabag Ops Kompol Mahendra Yudhi Lubis, iring-iringan ini berputar-putar di kota, dari Sudirman sampai Putri Tujuh, lalu balik lagi ke Mapolres.
Alasannya: mencegah anarkisme dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan. Kedengarannya mulia, tapi kalau anarkisme bisa dicegah hanya dengan konvoi kendaraan, mungkin sebaiknya negara ini sekalian saja ganti strategi: setiap kota wajib gelar karnaval aparat seminggu sekali. Sekalian jual tiket, biar bisa balik modal.
Yang ironis, masyarakat tahu betul kejahatan jalanan tidak bubar hanya karena rombongan seragam lewat sekali. Begitu patroli usai dan sirene padam, maling, jambret, dan begal tetap bekerja sesuai shift masing-masing. Jadi, siapa sebenarnya yang merasa lebih aman? Warga, atau justru aparat yang berhasil menunjukkan eksistensi di jalan raya?
Kalau tujuan utama patroli ini adalah “membangkitkan kesadaran masyarakat”, mungkin sudah berhasil. Masyarakat jadi sadar bahwa keamanan kota ternyata mahal ongkosnya: butuh gabungan empat institusi negara hanya untuk sekadar keliling kota. Dan mungkin juga sadar bahwa yang paling menakutkan bukanlah anarkisme, melainkan ketika keamanan lebih banyak dipertontonkan ketimbang dijalankan.***
Komentar Via Facebook :