Wakapolda Riau Pimpin Upacara Hari Sumpah Pemuda Ke-89

Wakapolda Riau Brigjen Pol Drs Ermi Widyatno SIK MM memimpin Upacara Hari Sumpah Pemuda di halaman Apel Utama Markas Komando Polda Riau Pekanbaru Senin (30/10/2017) pagi.

Pekanbaru, Oketimes.com - Wakapolda Riau Brigjen Pol Drs Ermi Widyatno SIK MM memimpin Upacara Hari Sumpah Pemuda di halaman Apel Utama Markas Komando Polda Riau Pekanbaru Senin (30/10/2017) pagi.

Hadir dalam Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ini adalah seluruh Pejabat Utama Polda Riau, Para Pamen Polda Riau, Para Perwira dan pasukan upacara dari Direktorat Lalu Lintas, Direktorat Sabahara, Tiga peserta dari Direktorat Reserse dan Peleton staf Polda lainnya.
 
Dalam upacara hari Sumpah Pemuda ini, Brigjen Pol Ermi membacakan amanat dari Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Imam Nachrawi. Dalam amanatnya, Menpora menyampaikan pesan bahwa 89 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 29 Oktober 1928 sebanyak 71 pemuda dari seluruh Indonesia dari penjuru penjuru tanah air berkumpul di sebuah gedung di Jalan Kramat Raya daerah Kwitang Jakarta.

Mereka mengikrarkan diri sebagai satu nusa satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia. Sungguh sebuah ikrar yang sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ikrar ini nantinya, 17 tahun kemudian melahirkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

Sumpah Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda Kedua dihadiri oleh pemuda lintas suku agama dan daerah. Jika kita membaca dokumen sejarah Kongres Pemuda kedua kita akan menemukan Daftar Panitia dan peserta Kongres yang berasal dari pulau pulau terjauh Indonesia.

Secara imaginative, sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah. Dari bagian barat Indonesia terdapat nama Muhammad Yamin seorang pemuda kelahiran Sawahlunto Sumatera Barat yang mewakili Pemuda Sumatera Jong sumatranen Bond.

Dari belahan Timur Indonesia kita menemukan pemuda bernama Johanes Leimena kelahiran Kota Ambon Maluku mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura, ada juga Cornelis Lefran Senduk mewakili organisasi Pemuda Sulawesi, Jong Celebes.

Para pemuda Indonesia dan hadirin sekalian yang kami banggakan, Pernahkah kita membayangkan Bagaimana seorang Muhammad Yamin dari Sawahlunto dapat bertemu dengan Johanes leimena dari Ambon..?

Pernahkah kita membayangkan Bagaimana seorang Katjasungkana dari Madura bertemu Lefran Senduk dari Sulawesi…?

Bukan hanya bertemu tapi, mereka juga berdiskusi bertukar pikiran mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen ke Indonesiaan padahal jarak antara Sawahlunto dengan Kota Ambon lebih dari 4000 km hampir sama dengan jarak antara kota Jakarta ke kota Shanghai di China.

Sarana transportasi umum saat itu masih mengandalkan laut. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasi pun masih terbatas, mengandalkan korespondensi melalui kantor pos.
Hari ini surat dikirim satu atau dua bulan kemudian barulah sampai di alamat tujuan. Belum lagi saat berbicara tentang perbedaan agama dan bahasa. Muhammad Yamin beragama Islam berbahasa Melayu, Johanes Leimena beragama Protestan berbahasa Ambon.

Begitupun dengan Katjasungkana, Lefrandt Senduk dan 71 Pemuda peserta Kongres lainnya. Mereka memiliki latar belakang agama Suku bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda, namun fakta sejarah menunjukkan bahwa batasan-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi para pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia nilai yang disebut dengan berani bersatu.

"Kita tentu patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan Sumpah Pemuda. Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya," ulasnya.

Bandingkan dengan era sekarang, hari ini sarana transportasi umum sangat mudah untuk menjangkau ujung timur dan barat Indonesia. Hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja untuk dapat berkomunikasi dengan pemuda di pelosok negeri ini.

Namun anehnya justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini, kita justru lebih sering berselisih paham, mudah sekali memvonis orang dan mudah sekali berpecah-belah saling mengutuk satu dengan yang lain menebar fitnah dan kebencian.

Seolah-olah kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah atau terhalang tembok raksasa yang tinggi dan tebal hingga tidak dapat ditembus oleh siapapun, padahal dengan mudah teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul bersilaturahmi dan berinteraksi sosial.

Sebetulnya tidak ada ruang untuk salah paham apalagi membenci karena semua hal dapat kita dapat kita klarifikasi dalam hitungan detik.

Dalam sebuah kesempatan Presiden Republik Indonesia yang pertama Bung Karno mengatakan agar kita jangan mewarisi "Abu Sumpah Pemuda" tapi warisilah "Api Sumpah Pemuda". Kalau sekadar mewarisi Abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah Satu Bahasa Satu Bangsa dan Satu Tanah Air. Tapi ini bukan tujuan akhir.

Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno ini sangat mendalam, khususnya bagi generasi muda Indonesia. Sumpah Pemuda harus diambil dan terus dinyalakan, "Kita harus berani melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa kita. Kita juga harus berani melawan issue kesukuan, keagamaan dan kedaerahan kita," ujarnya.

Ego ini yang kadangkala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak bangsa. Kita harus berani mengatakan bahwa persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh di atas persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan apalagi golongan.

Mari kita tumbuhkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa kita. seharusnya kita malu dengan para pemuda 1928 dan juga kepada Bung Karno karena kita masih harus berkutat di soal-soal ini.

Sudah saatnya kita melangkah ke tujuan lain yang lebih besar yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada bapak Presiden Republik Indonesia Bapak Ir Joko Widodo yang selama ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan kepemudaan Indonesia.

Bulan Juli 2017 yang lalu bapak Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2017 tentang koordinasi strategis Lintas sektor penyelenggaraan pelayanan kepemudaan.

Melalui Perpres ini peta Jalan kebangkitan Pemuda Indonesia terus kita gelorakan bersama pemerintah Daerah, Organisasi kepemudaan dan sektor swasta. Kita bergandengan tangan, bergotong-royong melanjutkan api semangat Sumpah Pemuda 1928. Saatnya kita berani bersatu untuk kemajuan dan kejayaan Indonesia.

Demikianlah Upacara berlangsung di halaman mako Polda Riau dan ditutup pada pukul 07.40 wib tadi pagi.*** 


Tags :berita
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait